'Ketukan'
By : Dewi Sa'diah
------------
"Pokoknya jangan dibuka!"
Aku sedikit menjauhkan kepalaku dari Diana, teman sebangku baruku. Pasalnya, dia berteriak tepat di telingaku.
"Memangnya kenapa, sih?" tanyaku penasaran. Diana terdiam sesaat, kepalanya celingukan seakan takut ada yang mendengar ucapannya. Aku memutar bola mataku, dia terlalu berlebihan. Di kelas ini hanya tinggal kita berdua, teman-teman yang lain sudah pergi ke kantin untuk memenuhi keinginan perut mereka.
"Yang mengetuk pintu kamar mandi itu ... hantu." Tepat ketika mengatakan kata 'hantu', Dia memelankan suaranya yang sudah pelan. Nyaris saja telingaku tak dapat menangkap suaranya.
Aku beranjak. Menggeser sedikit kursiku agar bisa keluar dari meja yang menghalangiku. Baru saja hendak melangkah, tangan Diana mencekal pergelangan tanganku. Aku menatapnya jengah.
"Kamu tidak percaya?" tanyanya.
Aku menghembuskan napasku kasar, lalu melepaskan tangan Diana yang masih setia melingkar di pergelangan tanganku. "Dengar ya, Diana. Aku tidak percaya dengan hal seperti itu, dan tidak akan pernah percaya." Tanpa memedulikan Diana yang memanggil, aku terus berjalan meninggalkannya. Perutku sudah tidak tahan karena lapar. Waktu istirahatku terbuang sia-sia hanya untuk mendengar ocehan tidak logis, Brengsek!
-----
Namaku Rysa. Baru hari ini menginjakkan kaki di sekolah yang menurutku luar biasa. Sekolah Menengah Atas Favorite, impian semua remaja. Selain karena sekolah yang sempurna, muridnya pun mampu membuat murid sekolah lain berdecak iri. Sebuah kebanggaan terbesar yang pernah kurasakan karena mendapat Beasiswa karena kepintaran otakku.
Tapi kebanggan itu hilang ketika teman sebangku baruku mengucapkan informasi yang seharusnya aku tertawakan.
'Sekolah ini berhantu. Toilet, utamanya. Seringkali ada yang mengetuk pintu toilet, dan yang menjawab ketukan itu, hantunya akan menampakkan diri!' Masih terngiang dengan jelas di memori ingatanku ucapan Diana sesaat setelah kita berkenalan. Aku menggelengkan kepalaku, "dasar bodoh," gumamku.
Dalam perjalanan menuju kantin, aku merasa ingin buang air kecil. Segeralah aku menuju toilet terlebih dulu.
Toilet wanita bersebelahan dengan toilet pria. Sepi, pikirku. Sekolah ini berbeda dengan sekolahku sebelumnya. Jika jam istirahat tiba, maka murid laki-laki lebih sering berkumpul di depan toilet. Entah apa alasannya.
Dug.
"Aduh!" Aku meringis ketika seorang murid perempuan yang baru saja keluar dari toilet berjalan dengan cepat dan kepala yang menunduk. Ingin hati memakinya, tapi aku mengurungkan niat itu. Percuma saja, toh dia tidak sengaja.
Karena sudah tidak tahan lagi, aku segera masuk ke toilet, memilih bilik paling dekat dengan pintu keluar.
Aku mengunci pintu. Bersiap untuk mengeluarkan kandung kemih yang sudah menumpuk. Tapi ....
Tok ... tok ... tok ...
Aku terdiam. Ada yang mengetuk pintu bilikku. Dan pikiranku kembali pada ucapan Diana. "Apa mungkin ...." aku menggelengkan kepalaku cepat. Tidak mungkin. Hantu itu tidak ada, kan?
Tok ... tok ... tok ...
Mulutku kelu meski hanya untuk mengucapkan kata 'Tunggu Sebentar.'. Bahkan, keinginan buang air kecilkupun menghilang.
Tok ... tok ... tok ...
"Tunggu sebentar!" aku menutup mulutku sendiri. Perasaan takut menghampiriku. Hei, bukankah aku tidak percaya pada Diana? Tapi, kenapa aku merasa begitu ketakutan?
Aku menghembuskan napasku. Mencoba ubtuk menenangkan diri. Dengan gerakan lambat. aku membuka pintu.
Kosong.
Lega. Itulah yang kurasakan. Meskipun yang mengetuk tadi bukan manusia, setidaknya dia tidak menampakkan wujudnya. Karena tidak ada yang harus kulakukan, aku berniat untuk pergi dari toilet. Tapi ...
"Tunggu sebentar!"
Jantungku seakan berhenti berdegup. Itu ... itu suaraku!
"Tunggu sebentar!" Muncul lagi. Kedua tanganku terkepal, ingin rasanya aku berlari sekuat tenaga. Namun nihil, seakan kakiku menempel pada lantai.
Aku merasakan sesuatu merambat dipunggungku, terus bergerak menuju bahuku. Sebuah tangan! Aku memejamkan mataku dengan erat. Seharusnya, aku merapal doa-doa yang sudah kuhapal sejak kecil, namun semuanya seakan sudah terformat dari otakku. Hilang, aku tidak mengingat apapun. Yang kulakukan hanyalah diam memejamkan mata dan berharap hantunya segera pergi.
Beberapa saat aku dilingkupi keheningan. Aku pun tidak merasa tangan itu menempel di tubuhku. 'Semoga dia sudah pergi,' bisikku berdoa.
Aku membuka mata perlahan. Sedikit demi sedikit dan ... astaga! Rasanya aku menjerit sekuat tenaga tapi tak ada sedikitpun suara yang keluar.
Dia melayang di depanku. Rambut hitam kusamnya yang panjang hampir menutupi seluruh wajahnya. Dia tidak memakai gaun putih seperti hantu layaknya film-film yang pernah kutonton. Ia memakai seragam yang sama dengaku. Seragam yang penuh darah dan tanah.
Tubuhku membeku ketika kepalanya terangkat. Napasku tertahan ketika menatap mata kirinya. Mata sebelah kanannya bolong. Tubuhku gemetar, dia menyeringai.
"Tunggu sebentar!" Dia mengikuti suaraku. Lalu kembali menyeringai. Seringaian dari mulutnya yang lebar, semakin lebar, tambah lebar dan ...
"Aaaaaaa-"
semuanya gelap.
End.
Minkar
結果 (
日本語) 1:
[コピー]コピーしました!
'Ketukan'By : Dewi Sa'diah------------"Pokoknya jangan dibuka!"Aku sedikit menjauhkan kepalaku dari Diana, teman sebangku baruku. Pasalnya, dia berteriak tepat di telingaku."Memangnya kenapa, sih?" tanyaku penasaran. Diana terdiam sesaat, kepalanya celingukan seakan takut ada yang mendengar ucapannya. Aku memutar bola mataku, dia terlalu berlebihan. Di kelas ini hanya tinggal kita berdua, teman-teman yang lain sudah pergi ke kantin untuk memenuhi keinginan perut mereka."Yang mengetuk pintu kamar mandi itu ... hantu." Tepat ketika mengatakan kata 'hantu', Dia memelankan suaranya yang sudah pelan. Nyaris saja telingaku tak dapat menangkap suaranya.Aku beranjak. Menggeser sedikit kursiku agar bisa keluar dari meja yang menghalangiku. Baru saja hendak melangkah, tangan Diana mencekal pergelangan tanganku. Aku menatapnya jengah."Kamu tidak percaya?" tanyanya.Aku menghembuskan napasku kasar, lalu melepaskan tangan Diana yang masih setia melingkar di pergelangan tanganku. "Dengar ya, Diana. Aku tidak percaya dengan hal seperti itu, dan tidak akan pernah percaya." Tanpa memedulikan Diana yang memanggil, aku terus berjalan meninggalkannya. Perutku sudah tidak tahan karena lapar. Waktu istirahatku terbuang sia-sia hanya untuk mendengar ocehan tidak logis, Brengsek!-----私の名前は Rysa です。今日新しい顕著なと思う学校に足をします。高校のお気に入り、すべての若者の夢。さらに完璧な学校の生徒その他の学校の学生を berdecak 羨望することができるので。A 今まで味わったので最大の誇り、奨学金というので私の脳。私の新しい sebangku の友人が tertawakan を持っている必要があります情報を言うとき、誇りが失われました。「学校の幽霊。トイレ、特に。多くの場合は、トイレのドアをノックする音問答ノック、hantunya が登場しました! 'まだ私のメモリで明らかに音が鳴って私たちが知り合いになった直後にダイアナの挨拶します。「ダムの基礎」私頭横振ったと私はつぶやいた。食堂に行く途中、私は排尿するように感じる。私はすぐに、まずトイレに向かった。紳士の横の女子トイレ。静かなと思った。以前の学生時代には学校が違います。残りの時間になると、瞳孔はトイレの前に集まった男性のように多いです。どんな理由であれ。強打します。「痛い!」私はちょうどから出てきた女子学生トイレはすばやく実行され、頭を下げたとき身を縮めた。Memakinya 心が望んでいる、しかし、私は、その意思を元に戻します。役に立たない、とにかく彼誤って。それはもう耐えられないので、すぐにトイレに行きました、ブースの出口に最も近いを選択します。ドアを施錠します。膀胱を削除する準備がすでに積もっています。しかし、.Tok トック.... tok.私は言葉です。ドアの bilikku をノックがあった。ダイアナを挨拶に戻って私の心と。どのような「可能性」. 私はすぐに私の頭を振った。不可能です。右、存在しない幽霊?Tok トック.... tok.私の口は、「分を待ちなさい。' 単語を言うだけに結ばれました。実際には、廃棄物の水 kecilkupun の欲求は姿を消した。Tok トック.... tok.「分を待ちなさい!」私は単独で私の口を閉じた。Menghampiriku の恐怖感。ねえ、ダイアナではないと思いますではなかったか。しかし、非常に怖くなって感じる理由か。私は私が息を吸い込んだ。我々 のクールをお試しください。遅い動き。私はドアを開けた。空。救済。私が感じたものであります。往年のノックにもかかわらず人間ではありません、少なくとも彼が彼のフォームが公開されません。何もしなければ、トイレの外に出るつもりです。しかし、.「分を待ちなさい!」私の心は、暴行を停止するようです。それは... 私の声だ!「分を待ちなさい!」再び表示されます。Clenched、両方の私の手は、フラット アウトを実行していたようだったのにしかし、どれも、私の足は床に固執するかのよう。私はつる dipunggungku のようなものを感じる、肩に向かって動かし続けます。手!私は閉じて私私の目は厳しい。たぶん、私 merapal の祈りの人は子供のころから kuhapal をされているが、すべてらしさが私の脳からフォーマット済み。失われた、私はいずれかを覚えていません。私は単に目を閉じていたし、静かに行きすぐに hantunya を希望します。いくつかの時間私は沈黙をカバーしました。私は私の体に付いたその手を感じていません。「願わくば、彼がなくなって、' 私祈りをささやいた。私はゆっくりと目を開いた。少しずつと... おやっ!私は全開で出ている音が叫んでいるようです。彼は私の前で浮かんでいた。Kusamnya 黒い長い髪はほぼ顔全体をカバーします。彼は映画のような幽霊のような白いガウンを着ていない今まで kutonton。彼は同じ制服の田楽を着ています。血と土の均一完全な。私の体は、彼の頭が発生したときに凍結しました。私の呼吸は、彼の左の目を凝視するときに停止しました。彼の右の目のボロング。私の体は揺れ、彼はにっこり笑った。「分を待ちなさい!」彼は私の声が続いた。再びニヤリします。口幅幅から Seringaian 追加幅とします。「Aaaaaaa」すべてが暗いです。終わり。Minkar
翻訳されて、しばらくお待ちください..