Gubernur Bali Made Mangku Pastika secara konsisten tetap menolak eksplorasi panas bumi (geothermal) yang terletak di hawasan hutan lindung Bedugul Kabupaten Tabanan Bali. Hal ini disampaikan Pastika saat ditemui usai pelantikan pejabat eselon 4 di lingkungan Pemprov Bali, Selasa (17/3/2015). Menurut Pastika, penolakan itu sebenarnya sudah dilakukan oleh gubernur sebelumnya yakni Dewa Beratha. Salah satu pertimbangan adalah masalah adat dan budaya Bali. "Di Bali, gunung itu menjadi kawasan suci. Bayangkan saja, kalau kawasan suci dikorek, dia bisa memuntahkan sesuatu dan dampaknya akan fatal," ujarnya.
Menurut Pastika, anggota Dewan Energi Nasional Sony Keraf pernah datang menemuinya beberapa waktu untuk melanjutkan eksplorasi geothermal Bedugul. "Saya berpikir tidak ada diskusi lagi soal geothermal Bedugul. Dengan alasan apa pun saya tetap menolak eksplorasi Geothermal. Ini sudah komitmen," ujarnya.
Ada pun Sony Keraf mendatangi Pastika untuk berdiskusi soal kelanjutan eksplorasi geothermal Bedugul. Eksplorasi geothermal Bedugul itu ingin dilanjutkan dengan tujuan untuk mendukung daya listerik di Bali. Geothermal dianggap sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan. Menurut informasi, Pemkab Tabanan dan Pemkab Buleleng sudah memberikan angin segar untuk memberikan izin eksplorasi geothermal Bedugul.
Pastika juga menegaskan, Sony Keraf itu sosok pencinta lingkungan. "Kita tahu betul, Pak Sony itu sangat pencinta lingkungan dan dikenal sebagai pelindung lingkungan. Dia juga tidak ingin agar lingkungan itu tidak rusak. Dia mempertanyakan soal geothermal Bedugul. Dia memberikan penjelasan secara meyakinkan jika bor panas bumi itu sama sekali tidak merusak lingkungan," ujarnya.
Penjelasannya sangat masuk akal, karena ada energi yang efeisien, murah, tidak mencemari lingkungan. Dari pada menggunakan batubara, yang menimbulkan pencemaran, lebih baik menggunakan panas bumi. "Pak Sony mempertanyakan kenapa ada sumber energi yang murah, mudah, ramah lingkungan tidak dimanfaatkan. Sayang kalau tidak digunakan. Saya katakan kalau ini adalah persoalan kepercayaan Hindu di Bali. Gunung itu adalah kepala, dan kalau kepala tidak boleh dilukai, atau dibor. Bisa berakibat fatal," ujarnya.