Salah satu anggota DPRD Tabanan, I Made Dirga, mempertanyakan statemen Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta soal diterimanya proyek Geothermal di Bedugul oleh sebagian besar masyarakat. Ia mengaku sebagai wakil rakyat Tabanan, yang notabene menjadi lokasi proyek tersebut justru tidak tahu rakyat mana yang mendukung.
“Masyarakat yang mana? Sebagai wakil rakyat, bahkan belum menanyakan kepada rakyatnya, disamping apa kajiannya. Apa benar kajiannya? Kita cari yang independen yang penting jangan main-main untuk kepentingan masyarakat,”ujarnya, Jumat (19/6/2015). Politisi PDIP asal Desa Sudimara ini menekankan, jika dalam kajian tersebut membahayakan masyarakat untuk apa diteruskan.
“Kalau sangat bermanfaat, dampak negatif kecil, kerugian kecil, tidak masalah. Tapi kalau memang dampak membahayakan lebih besar untuk apa?,”tegasnya. Terkait kajian yang dilaksanakan, dirinya meminta agar dicari tim yang independen. “Jangan karena ujung-ujungnya ada apa, akhirnya diloloskan. Bila perlu pemerintah pusat menurunkan tim ahli biar sekalian percaya dan tidaknya,”terangnya.
Disinggung tentang alasan Sudikerta memuluskan proyek geothermal tersebut karena adanya perubahan undang-undang, dimana diketahui sebelumnya wilayah itu dulunya konservasi yang tidak dibenarkan untuk dibangun, tetapi belakangan dinyatakan kawasan itu bisa termanfaatkan, Dirga tetap tegas pada pendiriannya.
“Kalau sudah membahayakan, bagi saya ya tetap membahayakan, namanya alam. Apa kita mau Bali yang sudah kecil ini bernasib sama seperti Lapindo?. Siapa yang bertanggung jawab, biar final harus dikaji yang bagus, jangan sembarangan,”sarannya.
Sementara, Ketua DPRD Tabanan, Ketut ‘’Boping’’ Suryadi saat dihubungi terpisah mengatakan, untuk proyek Geothermal ini memang harus ada kajian menyeluruh. “Kalau setelah kita lakukan koneksitas menyeluruh, ternyata Tabanan menolak, ya tolaklah,”ucapnya singkat.
Seperti diketahui, sebelumnya proyek Geothermal di Bedugul Tabanan ini juga pernah mendapatkan penolakan langsung dari Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Pasalnya, jika ditemukan berbahaya dan merusak alam, sebagai kepala daerah dirinya akan langsung menolak. “Karena banyak yang tidak tahu, biarkan dulu ada kajian yang terbaik. Itu juga hasil alam Tabanan yang perlu dilestarikan,” ujarnya waktu itu.
Menurutnya, proyek geothermal banyak diributkan karena belum adanya kajian dan sosialisasi mendalam terkait proyek itu.