Kemenpar Perkuat Posko "Crisis Center" Gunung Raung
Selasa, 4 Agustus 2015 15:56 WIB
Pewarta: I Komang Suparta
Kemenpar Perkuat Posko Denpasar (Antara Bali) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pihaknya memperkuat posko "Crisis Center" atau penanggulangan kegawatdaruratan di Bandara Ngurah Rai, Bali sejak bencana erupsi Gunung Raung, Jawa Timur mengeluarkan abu vulkanik mengakibatkan terganggunya penerbangan di wilayah sekitar lokasi bencana.
"Kami mendirikan pusat-pusat penanggulangan kegawatdaruratan di daerah, terutama yang terkait langsung dengan tertundanya sejumlah keberangkatan pesawat yang berakibat pada wisatawan asing dan domestik," katanya saat meninjau Posko "Crisis Center" di Bandara Ngurah Rai, Bali, Selasa.
Material erupsi gunung yang berlokasi di tiga kabupaten yakni Banyuwangi, Bondowoso, Jember itu sudah semakin mempengaruhi penerbangan di Bandara Ngurah Rai (Bali), Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang Mataram, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Juanda Surabaya.
Menurut Arief, masalah paling krusial adalah penanganan terhadap penumpang pesawat yang penerbangannya terganggu, tertunda atau dihentikannya sementara akibat erupsi. Termasuk menyiapkan akomodasi (penginapan), ketika mereka harus menunggu dalam ketidakpastian.
Dinas pariwisata di masing-masing daerah harus tanggap akan masalah terkait transportasi dan akomodasi yang digunakan penumpang tersebut.
"Mari peduli untuk atasi krisis akibat letusan Gunung Raung dan Gamalama itu. Dampaknya, sejumlah penerbangan tertunda, baik di domestik maupun internasional. Berdampak juga pada Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Internasional Lombok Nusa Tenggara Barat, maupun Bandara Juanda Surabaya," ujarnya.
Dikatakan Pulau Bali, Lombok, dan Surabaya telah menjadi daerah tujuan wisata yang paling diminati oleh sejumlah wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Sejak terjadi letusan Gunung Raung akhir Juni lalu hingga saat ini, dampaknya terhadap pariwisata Indonesia khususnya di Bali cukup signifikan.
"Kami harapkan keberadaan posko penanggulangan kegawatdaruratan akan membantu para penumpang ke daerah tujuan. Sehingga mereka merasa nyaman kendati terjadi penundaan penerbangan," katanya.
Ia mengatakan bisa jadi bagi penumpang pesawat dari luar negeri akan tertahan lama dan membutuhkan penginapan untuk menunggu, maka keberadaan posko tersebut bisa menyalurkan mereka menginap di hotel-hotel dekat bandara untuk menunggu pesawatnya bisa terbang," katanya.
Posko "Crisis Center" ini dapat mengusahakan potongan tarif menginap yang cukup membantu para penumpang pesawat itu agar tidak terlunta-lunta di bandara," katanya.
Tidak itu saja, kata Menteri Arief, juga akan membuat rencana pengalihan (contingency plan) bagi penumpang pesawat melalui darat dan laut. Ini berlaku bagi penumpang pesawat domestik yang akan kembali ke kota-kota terdekat. Karena moda transportasi darat (kereta api) dan laut (kapal laut) tak terganggu.
"Dengan demikian para penumpang pesawat domestik tersebut mendapat alternatif moda transportasi lain ketimbang terlunta-lunta menunggu di bandara. Sementara bandara ditutup karena abu vulkanik yang membahayakan keselamatan penerbangan," kata Arief menjelaskan.
Secara teknis, Kementerian Pariwisata akan membina komunikasi bahkan bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait seperti PT KAI melalui Daop di wilayah tersebut dan PT Pelni yang memiliki armada kapal laut sesuai tujuan penumpang.
Sementara, Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar, M Iqbal Alamsjah, pihaknya hingga kini terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas abu vulkanik yang terjadi akibat letusan Gunung Raung di Bondowoso, Jawa Timur dan Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara.
"Kami harapkan dengan membentuk `Media Center sekaligus Tim Crisis Center` dapat mengantisipasi sekaligus merekomendasi beberapa kebijakan yang perlu diambil segenap pemangku kepentingan agar dampak letusan tidak menimbulkan kesulitan yang berarti bagi para wisatawan asing dan nusantara," katanya. (WDY)
Baca Juga