Keenam tesis yang diajukan Edi untuk “manusia politis” menjelaskan anthropophani
(penyingkapan manusia) itu. Manusia politis tak lain daripada berkas relasirelasi pada suatu titik yang menyingkap sebagai “kesiapaan” lewat keterlibatan
dalam ruang publik, dan titik itu bukanlah suatu poros permanen, melainkan suatu
acuan percakapan yang kontingen terhadap komunikasi publik. Politik dalam arti
legislasi demokratis ini dalam pemikiran Arendt mencapai tingkat idealisasi yang
tinggi. Edi benar, bila ia mengkritik Arendt “mempunyai asumsi terlalu positif
terhadap politik”, namun ia luput melihat kemungkinan menilai bahwa idealisasi
itu juga diperlukan untuk mendekatkan politik nyata pada makna otentiknya
sebagai kebebasan eksistensial. Meski demikian, interpretasi yang dilakukan Edi
cukup berani dan kaya akan tilikan yang berharga untuk memahami Arendt.