Hiro tak bisa menahan tawa kikikannya melihat kedua tingkah kakaknya. Ia lalu menoleh pada Tadashi yang duduk diujung kasur dengan senyum yang sama. Kakaknya itu menggeleng heran mendengar suara-suara perseteruan tidak penting diujung panggilan itu. Tadashi bangun dan lalu berdiri dibelakang kursi Hiro, ia memajukan badannya mendekat pada mikrofon.
“Hei kalian! Aku akan menutup panggilan ini kalau kalian tidak berhenti bertingkah seperti pasangan suami-istri tua begitu.”
Tarou dan Take sontak langsung berhenti mendorong tubuh masing-masing lalu memasang wajah ‘ew’.
“EW STOP TADASHI!”
“Ugh.”
Gumaman jijik yang terdengar di speaker membuat Hiro dan Tadashi tertawa geli. Tadashi lalu menyuruh Tarou mengambil kursi lain untuk duduk daripada bertengkar tidak jelas. Hiro tahu bahwa kedua saudara kembar itu sudah terbiasa menunjukkan rasa sayang mereka dengan menggoda masing-masing, tidak seperti Hiro dan Tadashi yang lebih vanila… tunggu… vanila? Sejujurnya tidak ada yang vanila dalam mimpi Hiro semalam.... Ugh oke kembali ke topik.
Tarou akhirnya keluar dari kamar untuk mengambil kursi lain sambil menggerutu. Take yang mengambil alih kursi langsung mengajak bicara Hiro dengan antusias. Kakaknya yang satu ini dikenal lebih pendiam dan tidak sosial dibandingkan Tadashi dan Tarou. Tetapi ia yang paling protektif dan intens dibanding yang lain, terutama pada Hiro.