Pada akhir tahun 80-an saya bertemu dengan seorang wanita di pesta perkawinan. Pengantin laki-laki adalah rekan saya sekantor dan wanita itu kawan pengantin perempuan. Saya amat terkesan dengan pertemuan pertama itu. Begitu berbicara, kami langsung mengenal logat bahasa kami masing-masing. Kamu juga seling bertanya tentang tempat asal. Dia belajar sejarah. Dia yunior saya. Setelah berkenalan, kami ngobrol dalam bahasa Sunda. Tidak lama kemudian ia menjadi calon istri saya.