Bali Wonderful Journey
Mohon maaf Sensei, saya baru sempat menuliskannya sekarang..
Ga apa-apalah judulnya ala-ala, yang penting isinya.
Sebelum panjang lebar, saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Sensei Tora yang telah mengizinkan saya ada dalam perjalanan ini. Terima kasih kepada Higuchi Sensei dan Izumi Sensei yang telah datang dari jauh. Terima kasih kepada Sensei Ivan, yang telah menciptakan pengaalaman yang sangat berarti untuk saya.
~
Ada banyak kesan yang tertinggal setelah pulang dari Bali.
Terutama, mengenai bagaimana cara menghargai guru kita. Apa yang Sensei Ivan lakukan selama di sana menjadi acuan bagi saya untuk bersikap. Sensei Ivan selalu mendahulukan Sensei. Makan, minum, bahkan saat memilih kamar.
Tidak hanya itu, sangat jarang saya melihat Sensei Ivan membuka handphone di depan Sensei kita. Saya berkaca ke diri sendiri, sendirinya kadang ‘mengabaikan’ apa yang Sensei sampaikan secara tidak langsung dengan melihat ke layar telepon dan tenggelam bersama dunia maya.
Sensei Ivan juga memilihkan hotel yang terbaik, makanan yang terbaik, tempat wisata yang terbaik. Semua, yang terbaik. Beginilah caranya beliau memperlakukan Sensei.
~
*berkaca-kaca saat menulis ini*
Ternyata, yang dimaksudkan dengan respect, rei, dalam dunia bushido itu begitu wujudnya dalam keseharian. Mendahulukan orang yang kita hargai dalam setiap kegiatan, memberikan yang terbaik yang kita mampu, mendengarkan. Sempat terpikir, “pantesan Sensei Ivan bisa sukses. Ternyata ini rahasianya.”
Dan tentu saja.. tidak pernah terlambat. No. Never.
* * *
~~~
* * *
Kita menginap di Discovery Kartika Plaza…
Di saat pagi hari saya kelelahan dan tertidur sampai jam 6 lebih.. ternyata Sensei Tora dan Higuchi Sensei telah berjalan di tepi pantai dari pukul 5 pagi. Sensei Ivan sudah berenang di kolam.
You know what? Bangun pagi itu emas. Pantesan Sensei saya keren-keren.
Saat sarapan pagi pun.. saya lihat bahwa Sensei Tora pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Sensei Ivan. Mendahulukan Sensei. Tidak makan dahulu, tapi melihat Sensei sudah siap makan, baru mengambil makanan. Kalau diingat, ini juga dilakukan Higuchi Sensei saat di rumah makan dekat mabes. Higuchi Sensei menunggu Sensei Ivan tiba, baru mulai makan. Hal ini tampaknya bagian dari Rei yang berulang-ulang kita lakukan.
~
Saat jalan ke berbagai tempat wisata, Sensei Ivan selalu mendampingi. Bahkan, saat beliau tidak ada pun, beliau menyampaikan izin kepada Sensei. By the way, ini bukan hanya terjadi saat di Bali saja, tapi Sensei Ivan selalu izin bahkan jika beliau sudah memprediksi keterlambatan, meskipun hanya 3 menit! Buat yang selalu lupa izin, catat ini baik-baik. Buat yang rajin terlambat, silahkan ambil kaca.
~
Perjalanan wisata pertama adalah melihat tari Barong. Kalau dipikir-pikir ya… Pastilah Sensei Ivan sudah berkali-kali melihat tarian ini. Bahkan, Pak Yanuar saja sudah 10 kali ke Bali. Tapi semua orang menjalankan tanpa keluhan dan turut berbahagia. Kenapa? Karena hatinya… Karena keinginan menghargai Sensei dan membuat Sensei merasa nyaman sebelum diri sendiri. Mendahulukan orang lain.
Tariannya bagus sekali, ada ceritanya. Terima kasih banyak Sensei Ivan..
~
Setelah melihat tarian, kami pergi ke tempat wisata lain, Tanah Lot, dimana Sensei Ivan tidak dapat mendampingi. Tapi.. beliau mendampingi Sensei melalui Pak Fery, Pak Yanuar, Pak Supri, Pak Solihun, Pak Edy. Disana saya melihat Sensei Tora selalu ada di samping Higuchi Sensei. Dan.. tentu saja.. Higuchi Sensei sangat cepat mendaki tangga-tangga itu. Bahkan dibandingkan saya.
~
Dari Tanah Lot kami menuju tempat makan bakar-bakaran berbagai jenis ikan di tepi sawah. Makanannya enak sekali~ Terima kasih banyak Sensei.. smile絵文字 saya makan banyak sekali..
~
* * *
~
Setelah makan perlajanan dilanjutkan ke Garuda Wisnu Kencana. Perjalanannya cukup panjang, sehingga… saya tertidur di perjalanan. Sensei bisa saja memarahi saya karena tertidur dalam tugas, tapi engga. Sepanjang perjalanan yang saya tersadar, Sensei Tora tidak tidur dan selalu berusaha menanggapi Sensei Higuchi. Padahal skala lelahnya pasti melebihi saya, karena Sensei Tora sudah bangun sejak pukul 4 subuh. Sementara saya? Jam 6 lebih.
Saya pikir standar perilaku kita, harusnya seperti beliau. (Mohon maaf Sensei saya belum bisa, tapi saya akan berusaha).
Sesampainya di sana, Sensei Higuchi penuh semangat mendaki tangga-tangga yang jumlahnya tak terhingga. Taraaammm~ tanpa lelah. Disaat saya sudah habis nafas, Sensei masih penuh senyuman dan terus jalan. Haaaa~~~
Saat melintasi patung sesembahan yang sangat besar, Mba Ve tidak bisa melintas karena dilarang masuk ke area suci karana haid. Akhirnya, saya izin ke Pak Yanuar dan menemani mba Ve kembali menuruni tangga-tangga yang jumlahnya tak terhingga untuk menuju lokasi Sensei dari sisi lainnya. Tebak apa yang terjadi saat kami tiba di sisi lainnya?
Sensei menunggu! Awalnya mungkin marah, tapi setelah mengetahui alasannya tidak jadi marah.
PERHATIKAN dengan baik. Sensei menunggu. Kenapa? Tentu saja khawatir. Dua anak ada dimana? Bisa banget ditinggalin. Bisa banget. Tapi engga gitu toh kejadiannya? Bagi yang pernah menunggu, pasti tahu rasanya. Kita menunggu, karena kita yakin orang yang ditunggu akan datang. Trust. Kalau ga ontime, mulai deh yang menunggu mikir, ada apa? Apa kecelakaan? Apa sakit? Apa baik-baik saja? Sekali dua kali menunggu masih deg-degan, lama-lama biasa. Yang rugi siapa? Orang yang biasa telat. Dia kehilangan perhatian. Atau, kalau orang yang menunggu ga kesal, bisa jadi juga kehadiran kita ga diharapkan. Mau datang mau engga, ga ada bedanya.
hohoho
~
Itulah sedikit rahasia kenapa kita tidak boleh membuat Sensei menunggu. Jangan menyalahgunakan kepercayaan dan kebaikan hati orang lain. Kebayangkan kalau sudah dipikir macam-macam, ternyata alasan telatnya hanya karena telat bangun misalnya. Minta dijitak ga tuh?
Ini dengan Sensei, kalau janji rapat perusahaan telat misalnya? Waduh, udah keburu deh itu para saingan kongkalingkong di belakang. Dunia ini begini banget.
(Mohon maaf Sensei, saya juga tersangka yang membuat Sensei menunggu setelah saya sholat)
~
* * *
~
Setelah dari GWK kami menuju lokasi Tari Kecak. Di Uluwatu. Ditepi pantai~ cantik deh..
Penarinya cantik.. gerakan tariannya cantik.. dan ada atraksi bakar-bakaran yang cukup mendebarkan. Oh iya! Pak Fery dipasangi kepala pakaian penari yang bentuknya monster. Hihihihi
Sensei Tora, selalu berada di dekat Higuhi Sensei, mendampingi. Ga pakai lihat-lihat handphone juga loh. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju tempat makan malam. Di tempat makan ini saya terkesima. Seishukan itu keluarga. Begini ceritanya...
~
Untuk saya pribadi, sharing makanan bukan hal yang mudah dilakukan. Saya tidak membiarkan makanan sisa saya dimakan orang lain dan berusaha untuk tidak menyentuh makanan sisa orang lain. Tangan masuk ke ranah piring orang lain itu tidak boleh. Kecuali… dengan orang-orang terdekat saja. Malam itu, saat makan malam, Higuchi Sensei mengizinkan saya mengambil kerupuk yang ada di piring beliau.
~
This is something. Setidaknya untuk saya, saya merasa diterima. Tidak hanya itu, beliau, Sensei Tora dan Sensei Izumi bahkan mau mencicipi nasi goreng nanas yang saya pesan. Setelah saya makan loh ya. Ini membuat saya terharu. Biar bagaimana, saya sangat sulit membuka diri. Bahkan, setelah saya mencicipi minuman Mba Ve dan ternyata rasanya pahit sampai wajah saya berubah, Higuchi Sensei mencoba minuman tersebut. Padahal ya.. saya ini apalah, mau pahit mau engga ga sepenting itu juga. Tapi engga dong. Sensei benar-benar perhatian. Benar-benar saya merasa bagian dari keluarga.
~
Dosen saya selalu bilang,”Untuk membuat klienmu terbuka, kamu juga harus membuka diri. Tapi jangan berlebihan.” Ternyata, dalam keseharian, seperti yang Higuchi Sensei lakukan. Dengan penuh perhatian.
~
Setelah makan malam, kami berjalan sebentar ke pusat perbelanjaan. Ditengah jalan-jalan, mba Ve izin pulang duluan karena ingin ke toilet. Akhirnya Mba Ve pulang duluan. Tau yang terjadi sebelum kami meninggalkan pusat perbelanjaan? Higuchi Sensei mencari mba Ve dan menunggu Mba Ve datang. Baru setelah dijelaskan oleh Sensei Tora, Higuchi Sensei mau meninggalkan pusat perbelanjaan. Setelah itu kami berlalan kaki pulang ke hotel sambil ditemani rintik-rintik hujan.
Sesampainya di depan kamar.. apakah yang dipesankan Sensei pada saya? “Pastikan Mba Ve ada, baru boleh istirahat.” Begitu. Begitu. Saya speechless. Sensei benar-benar perhatian sekali kan?
Saya pikir, itu sebabnya kita harus bersikap dengan tepat. Kalau tidak, perilaku kita yang mementingkan diri sendiri akan menyebabkan Sensei sakit kepala memikirkan kita. Karena beliau sungguh-sungguh memikirkan kita semua.
~
* * *
~
Kemudian, esok paginya, hari minggu, Sensei bersantai sambil berenang di hotel. Saya bagian foto saja. Melihat Sensei di Dojo, sangat berbeda dengan melihat Sensei di Bali. Menurut saya, ini adalah bagian dari membagi waktu, membagi tanggungjawab, dan bersungguh-sungguh. Saat latihan ya lakukan dengan sungguh-sungguh. Saat bersantai ya harus bersungguh-sungguh juga.
Hal yang menarik adalah saat Sensei Ivan memperlihatkan kemampuan berenang yang luar biasa (rahasia berenangnya top secret). Sensei Higuchi, Sensei Tora dan Sensei Izumi langsung turut bergembira dan ikut berenang juga. Lagi-lagi, ini bagian dari menghargai orang lain. Sensei Higuchi memperlihatkan kasih sayang dalam memperlakukan orang lain. Beliau ikut berenang dan berlomba. Rasanya menyenangkan berada di sana meskipun saya tidak ikut berenang.
~
Kemudian kita menuju pusat perbelanjaan. Di sana saya mengamati bahwa Sensei Tora selalu mendampingi Sensei Higuchi dan Sensei Izumi. Memilihkan benda-benda. Saya tidak melihat Sensei Tora membeli sesuatu untuk dirinya sendiri. Juga tidak melihat Sensei memilih benda untuk dirinya sendiri. Benda-benda yang dibeli itu untuk orang lain semua. Murid, anak, cucu, bukan untuk diri sendiri. Sulit. Melakukan sesuatu untuk orang lain dulu,