Orang Paling Berbahaya di Negeriku Indonesia
OPINI | 28 February 2009 | 15:33 Dibaca: 1186 Komentar: 10 0
Beberapa orang konon pernah mendapat cap tidak mengenakkan sebagai the most dangerous persons in this country. Pikir Anda pasti mereka adalah orang-orang yang jahat sejahat-jahatnya orang. Namun tunggu dulu, jangan langsung menjatuhkan prasangka begitu saja.
Fakta yang saya dapati, justru mereka adalah orang-orang yang tampil lumayan sederhana dan sama sekali tidak mengesankan atau menyeramkan sehingga patut diberi ‘gelar’ sebagai orang-orang yang paling berbahaya di Indonesia. Orang-orang yang masuk ke dalam daftar the Indonesian most dangerous men adalah:
- Adi Sasono, mantan menteri koperasi pasca lengsernya pak Harto. Yang melontarkan cap tuduhan sebagai the most dangerous man adalah majalah asing: Asiaweek dan Far Eastern Economic Review. Biang permasalahannya antara lain adalah ucapan Adi pada sebuah kesempatan wawancara menyatakan dengan tegas bahwa “Konglomerat Perlu Khawatir Dengan Adanya Saya “. Dia ringan saja melontarkan ancaman akan ‘menasionalisasi’ perusahaan2 milik konglomerat dan menyerahkan sebagian pengelolaannya ke sejumlah koperasi.
Cucu tokoh perjanjian “Roem-Royen”, Mr. Mohammad Roem, benar-benar bertekad akan mengambil langkah tegas mempreteli kepentingan konglomerat. Padahal pejabat-pejabat lain jika diajak kolusi oleh para konglomerat hitam justru bergembira karena berharap mendapat banyak uang dari hasil kongkalikong yang ujung-ujungnya akan sangat merugikan negara dan rakyat. Wajar saja jika kemudian majalah Asiaweek memberinya gelar “The Indonesian Most Dangerous Man”, karena Adi Sasono dinilai amat membahayakan kepentingan bisnis konglomerat.
Majalah dan koran-koran Singapura menjelang pilpres 2004 saat itu sempat antusias mengupas kemungkinan Adi Sasono menjadi Presiden RI ke 4. Nampaknya masyarakat di Cina, Singapura dan Taiwan sangat mengkhawatirkan sepak terjang Adi Sasono. Apalagi jika kemudian Adi Sasono bisa sampai meraih jabatan Presiden di negeri yang kaya sumber daya alam ini.
- Goenawan Mohammad atau biasa dipanggil Mas Goen, penyair dan seniman Utan Kayu yang getol menulis kolom catatan pinggir dan mantan pemimpin redaksi majalah berita Tempo. Sedikitnya dua kali majalah kritis ini dibredel oleh pemerintahan otoriter Orde Baru. Sebagian pengamat mengatakan Tempo adalah pelopor jurnalisme investigatif, beberapa kali liputannya membuat berang banyak pihak. Yang menarik, majalah berita ini juga punya kebijaksanaan menjual di kampus-kampus majalahnya dengan harga khusus, mungkin maksudnya memberi pencerahan bagi para muda harapan bangsa. Namun bagi pihak lain, langkahnya boleh jadi dinilai sebagai aksi mengompor-ngompori para aktivis mahasiswa.
Di majalah Asia Media yang mengutip Jakarta Post ditulis: ”Goenawan was a public figure, a media personality, admired and respected by many and, no doubt, feared and perhaps hated by others in equal measure. It was also a time when an admiring colleague called him “the most dangerous man”.
- Budiman Soedjatmiko, anak muda cerdas sekaligus nekat pemberani melawan tirani Soeharto sehingga sempat divonis 13 tahun penjara, sedikit banyak punya peran dalam runtuhnya kekuasaan Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun di negeriku Indonesia.
Namun pada Budiman, kini bergiat di PDI-P setelah lepas dari PRD, persisnya cap stempel stigmatisasi yang sempat disematkan padanya adalah the public enemy number 1. Menjawab kritik banyak pihak akan keputusannya bergabung ke kubu moncong putih adalah bahwa masuk parpol merupakan hasil perenungan panjangnya ketika mengambil S-2 di Universitas Cambridge, Inggris. “Saya berpikir, faktor penting untuk melakukan perubahan adalah memegang kepemimpinan politik yang salah satu sumbernya ada di parpol.”
- Dr Imaduddin Abdulrahim atau yang akrab dipanggil ‘Imad. Bang ‘ adalah salah satu tokoh utama penentang rezim Soeharto dan dianggap Benny Moerdani sebagai “the most dangerous man”. Bang Imad yg oleh Bahtiar Effendy disebut sebagai seorang “monoteis radikal” itu bisa dikatakan pelopor berdirinya Masjid Salman, ITB—masjid kampus pertama di Indonesia. Dia dianggap termasuk salah satu pembina awal kelompok-kelompok kajian keislaman di kampus-kampus yang kini telah berganti haluan memilih jalur politik dan menjelma menjadi Partai Keadilan Sejahtera/PKS itu.
Meski Bang ‘Imad adalah orang Langkat, Sumut, namun keramahan dan kehangatannya setiap kali menyambut para tamunya meski mereka hanyalah para mahasiswa yang berpakaian lusuh cukup mengesankan. Rumahnya yang terbilang sederhana di bilangan Klender, Jakarta Timur di kala itu sempat jadi jujugan banyak anak muda yang resah dengan situasi represif kala itu. Bang ‘Imad punya reputasi internasional dan capaian akademisnya cukup menjulang. Dia bergelar Ph.D, bidang electrical engineering, lulusan Iowa State University, AS, namun karena sempat dikejar-kejar para intel lalu memilih kabur ke Malaysia mengabdikan ilmunya di negeri jiran. Kabarnya di sana pun gerak-geriknya pun diawasi pula.
Pembaca mungkin bisa menambahkan?
Atau barangkali Anda sendiri ingin pula mendapat gelar julukan yang sama: Orang paling Berbahaya di Negeriku Indonesia?
Terkait dengan tulisan saya di sini.
Tags: