Dia tidak pernah tahu, saat kami berbincang perasaan apa yang dirasakan dan begitu pula ekspresi saya.. karena hanya lewat suara, hati kami sudah tak sejalan. Saya yakin itu, tapi mengapa Tuhan masih tetap memberi kami jalan untuk saling mendengarkan satu sama lain? Lebih baik dia pergi dengan sejuta kejelasan dari pada datang tanpa secerca alasan. Apa saya salah?