amun gagasan Butler juga imitasi dari Foucault dalam Madness and Civilization
yang berpendapat bahwa dalam rumah sakit jiwa kewarasan harus terus-
menerus meneguhkan diri di hadapan kegilaan sekitarnya. Di sini Butler paling
jelas mengambil strategi berpikir postmetafisis dengan memahami identitas,
khususnya identitas seksual/gender, bukan sebagai substansi, melainkan relasirelasi belaka seperti dalam ilustrasi cipola dalam cerita Mann. Kesadaran diri
itu kosong dan siap diisi tema-tema diskursif dari luar. Namun berbeda dari
empirisme modern (ingat “tabula rasa” Locke), yang mengisi itu bukan sekadar data
kognitif, melainkan gumpalan relasi-relasi kognisi, aksi, speech acts dan akhirnya
struktur sosial yang oleh Butler diringkas dengan istilah “performativitas”. Butler