Jika benar Tuhan itu Esa; satu, tunggal.. maka setiap bait doa yang keluar dari lisan maupun nurani seorang hamba baik itu berbahasa maupun beragama yang beda, pasti sampai kepada-Nya, Allah SWT.. berbisik ke arah bumi hingga langit mendengarnya dan tak ada satupun makhluk yang kekal di dalamnya.. oh Tuhan, jika kematian memutuskan segala perkara dalam nafas dan hidup seorang hamba-Mu, maka kehidupan yang barupun segera dimulai..
Berbicara dalam doa seorang sahabat kepada sahabatnya yang sudah mendahului, sekiranya Engkau Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang senantiasa melampangkan, mencahayakan wadah tidurnya sahabatku dialam yang kelak juga akan ku jumpai.. agamaku dan agamanya memang berbeda, tapi ku percaya Tuhan kita satu..
Berbicara rindu dalam tangis seorang sahabat kepada sahabatnya yang telah berpulang, sekiranya Engkau Yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui senantiasa menjadikan kami dan pertemukan kami entah di dunia yang ghaib maupun dunia kekal sebagai sepasang sahabat yang terbentuk sejak usia ke kanak-kanakan hingga maut datang membisik, air mata berpangku duka, kerangka bunga bertaburan disekeliling peti, serta balutan cahaya kuning bak matahari melapisi tempat peristirahatan terakhirnya..
Berbicara malam tanpa siang dan siang tanpa malam seperti itu arti dari sebuah persahabatan yang harus direnggut oleh maut-Mu.. sesungguhnya, tak ada satu malampun yang mampu bertahan tanpa sinar-Mu bahkan sebaliknya dengan siang yang memancarkan cahaya dari-Mu.. ya Rabb, sesungguhnya yang diciptakan oleh sebuah kematian, perpisahan hanyalah air mata duka yang menghiasi logika dan nurani setiap hamba-Mu.. entah kenapa waktunya begitu cepat? Atau mungkin waktuku yang diberikan oleh-Mu begitu lama?
40 hari 40 malam telah menjadi sejarah dihari kemarin, lantas apakah sahabatku juga bakal tenggelam, hilang dalam sejarah itu? Oh astaga.. setiap malam ketika aku harus pura-pura untuk menutup mata, bayangan bahkan wajahnya datang di hadapanku hingga alam tidurku! Seakan dia ingin berbagi suka, duka layaknya semasa hidupnya..
Foto, video beserta kenangannya, hanya itu saksi bisu sejarah ketika nafas masih menghiasi tubuh.. nah, sekarang? Biarkan aku terus menulis.. menulis untuknya.. my dear bestfriend..
RIP MY DEAR BESTFRIEND Yuningsi Mentari Daleta