Buka2 dokumen, ternyata dulu saya pernah nulis artikel ini.
Semoga masih bermanfaat. Silakan menikmati
Bukalah mata, hirup segarnya udara, pandang, rasakan dan resapi semua nikmat pagi ini yang melingkupimu. Maka ucapkan Subhanallah, walhamdulillah! Maha Suci Engkau Ya Allah! Dan segala puji hanya bagiMu!
Datangnya ujian dalam kehidupan adalah hal yang pasti. Ujian berupa nikmat maupun bencana. Dan begitu bermacam reaksi manusia yang mendapatkannya. Namun, secara garis besar terbagi dua. Bersyukur atau mengingkari.
Dan dari sinilah kualitas hidup seorang manusia bisa dinilai dan ditentukan. Tentang bagaimana dia memilih. Dengan syukur terhadap ujian, ia merasa ridho. Tidak ada keluh kesah keluar dari lisannya.
Atau sebaliknya dengan keluhan, rasa sesal, dan rasa sial. Sebagian lain malah lupa dengan anugerah nikmat itu. Merasa seolah nikmat datang dengan sendiri. Atau karena semata karena usaha kerasnya.
Saudaraku, pembaca yang baik. Semoga Allah merahmatimu dimanapun dan kapanpun. Saat kita berbicara mengenai syukur, banyak dimensi yang berkaitan. Dan semua sangat menarik untuk dikaji.
Dari dimensi dien kita, Al Islam. Dari dimensi psikologi, dari dimensi kesehatan, bahkan sampai berhubungan dengan nasib manusia itu kedepannya.
Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7. “Dan tuhanmu telah memaklumkan, barang siapa yang bersyukur, maka Aku akan tambahkan nikmat padanya. Dan barang siapa yang ingkar (terhadap nikmat), sesunguhnya azabKu sangat pedih”
Karena itulah juga, mengapa surat pertama Al Quran diawali dengan memujiNya. Tidak lain mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap dalam hidup. Hingga yang terjadi, dengan semakin keras kita bersyukur, semakin deras nikmatNya turun. Subhanallah.
Saat bicara dimensi psikologi, kita tengok sejenak ke negeri jepang. Tentang penelitian seorang professor dengan subjek air. Sungguh menakjubkan. Bagaimana dengan ilmunya dan teknologi modern yang dimiliki, dia dapat melihat bentukan partikel kristal air.
Luar biasa saudaraku! Ternyata partikel air yang diberi perkataan positif akan membentuk kristal yang sangat cantik. Dan kristal tercantik yang terbentuk adalah karena diberi kata, Syukur! Betul itu! Tapi berita buruknya, air yang diberi perkataan negative akan bersifat sebaliknya. Membentuk kristal yang mengenaskan. Pecah, tidak sempurna atau yang parahnya tidak bisa membentuk kristal. Sama sekali.
Begitulah sifat partikel air dimanapun. Yang mesti diingat pula bahwa diri kita sebagian besar tersusun atas air!
Maka dengan semakin banyak kita bersyukur, secara otomatis kita memperbaiki bentuk kristal air dalam tubuh kita. Efeknya, diri ini akan semakin sehat. Pikiran semakin bersemangat, dan hati semakin tenteram. Subhanallah. Sungguh tiada Engkau ciptakan sesuatu dengan sia-sia.
Klop sudah. Dari dimensi agama, psikologi dan kesehatan. Dengan rasa syukur atas semua nikmat, pahalaNya kita dapat, hidup kita sehat, bersemangat pula dalam beraktivitas harian. Kalau keadaan seperti ini bisa kita rawat, berbahagialah kita.
Harap kita ingat bahwa nasib seseorang ditentukan oleh karakternya. Karakter itu terbentuk dari kebiasaannya. Kebiasaan diciptakan oleh karena sering dan berulangnya perbuatan itu dilakukan. Perbuatan pun ditentukan dari pola pikirnya. Dan sebelum pikiran itu tercetus, ia dimulai dari perasaan dan bisikan hati.
Maka banyak-banyaklah bersyukur. Karena ia mencipatakan kondisi bahagia dalam hati dan perasaan. Yang akan melahirkan sikap maupun perbuatan efektif, semangat, dan berpikir positif dalam menjalani hidup. Akhirnya, ini menentukan nasib kita dikemudian hari. Biidznillah!
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib manusia hingga manusia itu sendiri yang berkemauan untuk merubahnya.
Semoga bermanfaat. Semangat! Subhanallah, walhamdulillah, wallahuakbar.