Investor asal China berminat membangun pembangkit listrik tenaga surya berkekuatan 25 MW senilai Rp1,4 triliun di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Ketertarikan itu diungkapkan Rudiyanto, Ketua Komite Perdagangan Indonesia-China dan Asean Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali, setelah bertemu dengan investor bersangkutan yang merupakan salah satu perusahaan BUMN di China.
Dia mengatakan ketertarikan investor itu muncul karena pulau yang terpisah dari daratan Bali tersebut saat ini kekurangan daya listrik. Banyak pengusaha yang berinvestasi di Nusa Penida belum dapat membangun akomodasi.
キ PLTS berkekuatan 25 MW senilai Rp1,4 triliun akan dibangun di Nusa Penida, Klungkung.
キ Investor asal China masih mencari informasi terkait dengan perizinan.
キ PLN siap membeli listrik yang akan dihasilkan PLTS asal harganya sesuai.
"Dengan potensinya sebagai daerah pariwisata, diperkirakan suplai dari PLN tidak akan mencukupi. Makanya investor berminat, apalagi Lembongan dan Ceningan dikembangkan oleh Kabupaten Klungkung," ujarnya, pada Selasa kemarin.
Rudy menuturkan dalam beberapa tahun mendatang permintaan listrik di kawasan Nusa Penida yang terdiri dari Pulau Nusa Penida, Lembongan, dan Ceningan diprediksi akan meningkat drastis. Saat ini daya listrik di tiga pulau mencapai 4,8 MW, sedangkan beban puncak 3,6 MW.
Adapun pemilihan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ditetapkan berdasarkan hasil studi yang menyatakan lokasi Nusa Penida mendapatkan sinar matahari berlimpah. Daerah tersebut juga tergolong berada di dataran tinggi.
Menurut Rudy, sejatinya ada alternatif membangun pembangkit mengandalkan daya di laut, tetapi investasi sangat besar. Dia mengatakan luasan lahan untuk pembangunan pembangkit itu mencapai sekitar 25 hektare.
Dia menjelaskan saat ini investor tersebut masih dalam tahap mencari informasi terkait dengan perizinan sehingga belum bisa dipastikan kapan pembangunan tisik PLTS dimulai. Menurutnya, investor masih mengkaji bentuk investasi apakah akan menggandeng pemerintah daerah atau murni membangun PLTS.
TUNGGU PLN
Investor tersebut juga masih melakukan pendekatan ke Kementerian ESDM untuk mencari format penjualan daya listrik yang dihasilkan. Rudy mengatakan karena investasi yang dikeluarkan sangat besar, investor meminta kepastian pembelian listrik oleh PLN.
Ketut Sudikerta, Wakil Gubernur Bali, menuturkan pihaknya sudah mendengar ketertarikan investor China tersebut. Meski demikian pihaknya belum bertemu dengan perwakilan investor. Dia menegaskan pihaknya mendukung dan mempersiapkan rencana masuknya pemodal dari China itu.
Mantan Wabup Badung itu berharap investor yang berminat benar-benar merealisasikan investasi di kawasan itu. Menurutnya, Lembongan dan Ceningan menyimpan potensi besar untuk menjadi kawasan andalan baru di Bali.
"Silakan saja mereka masuk, pada dasarnya siapapun investor berminat yang pasti agar memperhatikan lingkungan sekitar," katanya.
Syamsul Huda, GM PLN Distribusi Bali, mengatakan pihaknya juga sudah mengetahui rencana masuknya investor China tersebut. Menurutnya, PLN menyambut baik dan siap membeli listrik yang akan dihasilkan asal sesuai dengan harga yang disepakati.
Sejumlah kalangan menilai Bali rentan defisit energi. Dewan Energi Nasional bahkan telah mendesak Pemprov Bali agar proyek pembangunan geothermal di Bedugul, Kabupaten Tabanan, dapat dilanjutkan guna mengantisipasi defisit energi di Pulau Dewata.
Sony Keraf, anggota Dewan Energi Nasional (DEN), menegaskan pembangunan geothermal lebih menguntungkan dibandingkan dengan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
"Geothermal lebih ramah lingkungan, daripada sekarang ini pembangkit menggunakan batu-bara," jelasnya belum lama ini.