Banda Aceh
Banda Aceh telah dikenal dengan pendirian politik yang independen dan daya perlawanan yang kuat terhadap penguasaan penjajah, seperti Kolonial Belanda atau pemerintah Indonesia sendiri. Propinsi ini merupakan tempat cadangan
sumber daya alam yang panting seperti minyak dan gas. Diduga bahwa cadangan sumber daya alamnya terbesar di dunia.
Seperti halnya di kebanyakan daerah di Indonesia, Aceh adalah sebuah daerah religius tradisionil. Jumlah populasibdi Aceh sebesar 4 juta yang mana tsunami merenggut lebih
dari 130.000 nyawa Terdapat sejumlah bahasa daerah yang berbeda tap: bahasa yang sering dipakai adalah Bahasa Aceh.
27 orang dari berbagai bagian propinsi berpartisipasi dalam proyek ini. Mereka selalu suka menolong dan ramah, terbuka mengenai kehidupan mereka kepada kami melalui fotografi yang mereka buat sendiri guna mendukung proyek ini.
Tsunami dan Konflik
Aceh adalah titik yang terdekat ke pusat gempa bumi yang menguncang samudera India pada tahun 2004. Tsunami menyebabkan kehancuran sebagian besar pantai barat dimana 130.000 sampai 238.000 jiwa direnggut dan lebih dari 500.000 kehilangan tempat tinggal mereka. Meskipun demikian, kejadian ini telah menjadi pengantar penentudalam proses perdamaian yang akhirnya disepakati oleh pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dengan Presiden Rnlandia Marti Ahtisaari sebagai mediator. Perjanjian final telah ditandatangani oleh dim belah pihak padatanggal 15Agustus 2005. Pada bulan September 2007 genjatan senjatapun masih berlangsung Komunitas-komunitas yang telah berpartisipasi di dalam
proyek fotografi ini terletak di empat daerah :
Banda Aceh : Masyarakat yang tinggal di gubuk / barak Lhoon Raya.
Sigli : Masyarakat kampung Sigli Kulam, Kulee (Batee), Panteraya dan Sago
Pulau Weft : Masyarakat kampung Ibouh dan Gapang di Sabang
Durueng : Masyarakat kampung dari kelurahan di sekelilingnya
ACEH DAN MASYARAKAT YANG TERKENA
SUNAMIIKUT SERTA DALAM PROYEK INI AECI DAN PROYEK KERJASAMA DENGAN ORGANISASI ORGANISASI LOKAL
Badan Kerjasama Intemasional Spanyol (AECI) telah menjadi bagian dari bantuan intemasional untuk daerah daerah yang terkena tsunami di Indonesia selama lebih dari 2 tahun.
Sekarang ini AECL juga beketja melawan kemiskinan dan untuk pemgembangan daerah-daerah lain di Indonesia.
Fokus utama program keijasamanya ada pada sektorpariwisata dan perikanan. Kredit mikro dan program perlindungan lingkungan merupakan kunci penting dalam kaftan ini, namun bidang-bidang lain seperti bantuan psiko-sosiai, bantuan untuk koperasi perempuan, kerjasama pendidikan dan kepemerintahan, kesehatan dan budayajuga diprioritaskan.
PROYEK PHOTOGRAFI DAN VDM : DUA
TAHUN SETELAH TSUNAMI GAMBARAN
ORANG-ORANG YANG SELAMAT
Vues Dun Monde (VDM)
VDM (Berbagai Pandangan terhadap Satu Dunia) adalah Asosiasi muda yang bergerak dalam bidang budaya. Berbagai proyek telah dilaksanakannya dalam di panggung seni fotografi
di seluruh dunia sejak 2004.
Pemikiran yang menjadi dasar kegiatan kami bersandar pada pengenalan terhadap « yang lain » melalui representasi subyektif dari rekaman fotografi. Sejumlah proyek telah
dilaksanakan melalui media internet dengan pemotretan yang menggambarkan budaya, ideologi dan agama, mencakup lebih dari 80 negara. Hasil proeyk tersebut telah dipamerkan di Perancis, Portugal dan Chili.
Salah satu tujuan Asosiasi ini adalah mencoba memperluas cakupan kegiatannya dengan proyek bam yang akan menekankan pada interaksl antara pembangunan dan ekspresi seni. Sesuai dengan tujuan tersebut, kami telah mengajukan proposal kepada AECI yang menjadi mitra kami pertama dalam jenis proyek ini.
VDM dan proyek kerjasama dengan AECI
Pada tahap awal, setelah menyatakan ketertarikannya pada proyek yang diajukan, AECI mengusulkan agar VDM langsung berhubungan dengan empat organisasi yang hadir di Propinsi
Nanggroe Aceh Damssalam untuk mendapatkan pengetahuan langsung dari lapangan dan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat setempat.
Tujuan utama proyek adalah mengenai lebih baik lingkungan pada suatu lokasi dengan memperhatikan para korban bencana yang selamat serta organisasi-organisasi yang membantu
mereka untuk melanjutkan kehidupan seiiarirhari.
Azas dasar Asosiasi dalam kegiatannya sebelumnya, yaitu mengenai « yang lain » melalui karya fotografi, tetap kami pertahankan, tapi, kali ini, diletakkan dalam rangka bantuan intemasional yang telah diberikan ke Propinsi NAD pasca-tsunami. Suatu perhatian besar telah dicurahakan pada dokumentasi dan tindaklanjut kegiatan ini, karena sifatnya
begitu bam dan spesifik. Kegiatan dimulai dengan berbagai lokakarya untuk mebekali para peserta dengan ketrampilan dasar fotografi agar mereka dapat mengekspresikan diri, serta tukar-menukar pendapat dan ide mengenai penyelenggaraan pameran-pameran hasil karya mereka.