Ini yang namanya ingin melupakan, namun tak bisa. Bukan mengenai orang ataupun peran dalam kehidupannya, tetapi proses kehilangan. Bagaimanapun sosok dan peran orang terdekat tak akan pernah terhapus sekalipun oleh waktu. Pelajaran hidup yang kudapat, sang pembentuk sebagian besar kepribadian baik dalam diriku, sudah pasti tak terlupakan. Apa yang telah kugambarkan melalui cerita mengenai kehilangan seseorang, kini kurasakan. Yang terjadi pada hari itu terus terputar dalam benak meskipun berusaha untuk menolak. Tak terhitung seruanku dalam keputusasaan memanggil nama Tuhan agar diberi pertolongan. Dengan air mata yang menghalangi penglihatan, kusaksikan kepergiannya. Tanganku masih merasakan perubahan suhu pada kaki yang kupegang kala itu. Suara parau dengan senggukan yang keluar ketika mengabari berita buruk masih terngiang. Kalau boleh jujur, aku tak sanggup berada di rumah ini dalam sementara waktu serta ingin menangis tiap bayangan di hari itu muncul di depan mata. Namun kali ini kejujuran tak akan kuungkapkan. Kehadiranku di rumah ini diharapkan sebagai pelipur lara, kutahan tangisku agar aku mempunyai hak untuk menghibur yang lain yang lebih dekat dengan beliau, tak ingin tangis kami menjadi penghalang perjalanannya. Mencoba menghibur diri, mengalihkan fokus ke yang lain hanya berguna sesaat saja. Yang menjadi penguatku saat ini hanyalah 2 kata, Tuhan baik. -131116-