Setidaknya ada 18 fakta yang disampaikan KNKT antara lain: pesawat yang jatuh pada Ahad, 18 Desember 2014 itu menghadapi awan kumulonimbus (Cb) dengan puncak awan mencapai 44 ribu kaki. Sesuai data radar, posisi terakhir pesawat pada koordinat LS 03.34'48" BT 109. 41'50,47". Ketinggian pada 24 ribu kaki. (Baca: 18 Temuan KNKT QZ8501 Hadapi Awan 44 Ribu Kaki)
Sejauh ini paling tidak ada tiga hal yang menjadi sorotan dunia mengenai petaka QZ8501 baik fakta yang sudah dirilis maupun yang belum:
1. Pesawat Dikemudikan Kopilot
Salah satu laporan faktual adalah pesawat Air Asia itu diterbangkan oleh copilot Remi Emmanuel Plesel. Ia merupakan warga negara Prancis berusia 45 Tahun. Remi mengantongi 2.275 jam terbang dan masuk dalam daftar bergengsi pilot-pilot paling berkualitas dan terlatih oleh Federal Aviation Administration. (Baca: Terkuak Siapa yang Menerbangkan Air Asia QZ8501)
Walau begitu tetap muncul spekulasi kenapa bukan pilot yang mengemudi. Kantor Berita Reuters mewartakan pilot meninggalkan kursinya untuk mereset flight augmentation computer (FAC) sebelum pesawat kehilangan kendali. Ketua Tim Investigasi KNKT Mardjono Siswosuwarno membantah hal ini. Ngarang, nggak ada cerita itu, katanya, Sabtu, 31 Januari 2015. (Baca: KNKT Bantah Pilot Air Asia Keluar Kokpit)
2. Kontrol Komputer Dimatikan
Spekluasi mengenai dimatikannya kontrol computer (FAC) juga menjadi pemberitaan media asing. Menurut Bloomberg, pilot mencabut sirkuit dalam kokpit sehingga sistem pengendalian lewat komputer itu mati. Sistem kontrol elektronik itu mencegah penerbangan terlalu pelan dan meredam turbulensi sehingga penerbangan lebih nyaman bagi penumpang. (Baca: Terungkap Pilot Matikan Kontrol Komputer)
Hanya, sebagian ahli penerbangan masih belum yakin, mengapa setelah sistem komputer itu dimatikan, pilot tidak dapat menerbangkan pesawat dengan aman secara manual. Menurut John Cox, seorang mantan pilot A320, seperti dikutip dari Bloomberg pada 29 Januari 2015, memperkirakan naiknya pesawat AirAsia QZ8501 secara cepat cenderung.
3. Pesawat Melejit Cepat
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengungkap detik-detik terakhir pesawat AirAsia QZ8501. Sesuai dengan data radar, kata dia, pesawat naik cepat sekitar 6.000 kaki per menit.
"Jarang sekali pesawat komersial naik secepat itu. Biasanya naik 1.000 sampai 2.000 kaki per menit. Cara itu hanya bisa dilakukan pesawat jet tempur," ujar Jonan, seperti ditulis oleh The Telegraph yang mengutip AFP. Menteri Jonan menjelaskan hal itu saat rapat di Komisi Perhubungan DPR, Selasa, 20 Januari 2015. (Baca: QZ8501: Naik Cepat, Jatuh, dan Ucapan Allahu Akbar)
Dalam presentasi yang dibawakan Jonan, QZ8501 naik dari ketinggian 32 ribu ke 33,7 ribu kaki hanya dalam waktu sekitar 15 detik. Kecepatannya setara pendakian normal pesawat tempur.
Detik-detik berikutnya, pesawat semakin melesat naik dengan kecepatan mencapai 11.100 kaki per menit. Pesawat kemudian mencapai puncaknya, di ketinggian 36.700 kaki (11.460 meter), mulai melambat, lalu turun.