PROF.DR.MGR.N.J.C.GEISE OFM: "SANG FUNDATOR" UNPAR
2015年1月24日 20:08
PENGANTAR UNTUK PEMUATAN DALAM FACEBOOK INI:
Ini artikel sy, yg sy tulis atas permintaan resmi dari Yayasasn UNPAR, tetapi tanpa penjelasan dan pemberitahuan atau koreksi apa pun, tulisan ini ditolak oleh pihak yayasan sendiri. Buku itu sudah terbit minggu lalu, tetapi artikel sy tidak diikutsertakan. Entah mengapa? Sayang sekali. Tetapi tidak apa-apa. Saya masih bisa mensharingkannya ke pembaca saya lewat ruangan ini.
Fransiskus Borgias M.
Oleh: Fransiskus Borgias M., Drs.,MA.,Ph.D.,abd.
PENGANTAR
Melalui e-mail, saya diminta sekretaris Yayasan (Rm.Hendra Kimawan OSC) untuk menulis secara singkat butir pengalaman dan pengenalan saya akan Mgr.Geise, sang Fundator Unpar, meminjam istilah P.Yan Sunyata OSC untuk beliau. Inisiatif yang baik ini datang dari Yayasan dalam rangka ulang tahun Unpar yang ke-60. Ini baik karena mengenang sejarah masa silam dan tokohnya yang besar (sang fundator) adalah sebagian dari proses pembelajaran itu sendiri untuk mengarungi masa kini dan menuju masa depan. Tanpa terasa usia Unpar sudah 60 tahun. Pada perayaan 50 tahun (emas) tahun 2005, saya dengan dua teman (Andreas Doweng Bolo, Prof.B.Arief Sidharta) berinisiatif menulis buku kenangan tentang Mgr.Geise. Puji Tuhan, inisiatif itu didukung pimpinan. Saat itu kami berhasil mengumpulkan beberapa tulisan penting mengenai beliau sehingga terbitlah sebuah buku dengan judul Juragan Visioner, Prof.Dr.Mgr.N.J.C.Geise Ofm (Yogyakarta, Kanisius dan Unpar Bandung, 2005).
Saat itu saya menulis salah satu artikel mengenai “Heterologi Geise.” Kini ketika diajak untuk menulis tentang dia, tentu saya tidak akan mengulang apa yang sudah saya tulis beberapa tahun silam. Itu tidak mungkin lagi sebab secara hermeneutik, pengenalan akan tokoh penting dari masa silam justru akan semakin kaya dan matang karena jarak waktu yang semakin jauh. Proses distansiasi, kata P.Ricoeur, penting bagi pencarian makna dan pemaknaan. Itulah paradoks sejarah; proses berlalunya sejarah itu selalu menciptakan ruang jarak (distansiasi) yang memungkinkan terjadinya pemaknaan dan pemahaman baru. Jika tahun 2005 saya menulis sesuatu yang cukup berat dengan berangkat dari konsep Michel de Certeau mengenai heterologi, maka sekarang saya hanya menulis sesuatu yang sederhana yaitu butir-butir pengenalan saya akan Mgr.Geise. Apa saja yang saya ketahui tentang beliau yang kiranya berguna dan baik untuk disharingkan kepada orang lain.
Pengenalan saya akan Prof.Geise sudah berlangsung lama sejak saya masuk ke dalam ordo maupun setelah saya meninggalkan ordo. Ada cukup banyak hal yang saya ketahui tentang dia. Pada tahun 2005 , ketika Unpar merayakan 50 tahun saya dengan beberapa rekan menulis buku tentang Geise. Di sana saya menyumbang satu artikel tentang heterologi yang berarti perhatian, kepedulian, dan apresiasi akan ada dan kehadiran dari orang lain di sekitar kita. Dalam buku itu saya tegaskan bahwa heterologi Geise mengalir dan memancar keluar dari oasis spiritualitas Fransiskan dalam mana Geise hidup dan dibesarkan.
DUA TAHAP PENGENALAN
Pengenalan saya akan Mgr.Geise sudah terjadi lama. Saya membagi pengenalan itu dalam dua periode besar. Pertama, pengenalan sebelum masuk OFM (Ordo Fratrum Minorum). Kedua, pengenalan setelah masuk OFM. Tulisan ini berkisar pada dua tonggak besar itu. Saya mulai dengan yang pertama, pengenalan sebelum masuk OFM.
Saya sudah pernah mendengar nama dia sewaktu saya masih duduk di Seminari Menengah Pius XII Kisol, Manggarai Timur, Flores, NTT. Tentu pengenalan saya saat itu masih terbatas, yaitu sekitar informasi permukaan yang bersifat umum saja. Pengenalan itu belum mencakup informasi mengenai pengenalan akan hal-hal yang lebih substansial terkait profesi dia. Misalnya saat itu saya mengenal dia sebagai Uskup Bogor (Episcopus Bogorensis). Tentu sebelum menjadi uskup, dia adalah seorang imam Fransiskan yang gigih dalam sikap dan pendirian dan pandangan hidup. Dan kegigihan itu memang telah menjadi salah satu sifat dasar dari beliau.
Pengenalan itu menjadi mungkin karena saat itu ada beberapa frater OFM yang memberitahukan hal itu kepada kami para siswa Seminari Kisol. Para frater itu baik yang berasal dari Manggarai (tamatan Kisol) maupun yang sedang top di Manggarai mampir di Kisol untuk bertemu dengan siswa, tentu dalam rangka promosi panggilan secara terselubung (biasanya saat itu mereka mengenakan jubah mereka yang hitam dan unik atau memakai salib Tau fransiskan yang unik dan menarik perhatian siswa yang sedang dalam pembentukan dan pencarian jadi-diri; memang jubah fransiskan yang hitam itu menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa karena sehari-hari kami melihat jubah putih SVD maupun Praja; saya ingat bahwa saya sendiri terpesona oleh bentuk dan warna jubah itu sehingga saya langsung memutuskan untuk masuk OFM). Mgr.Geise adalah salah satu dari orang yang mengenakan jubah hitam seperti itu. Begitu bayangan saya pada saat itu. Ternyata kemudian, saya tidak pernah melihat dia mengenakan jubah itu lagi, sebab tatkala bertemu dengan dia, entah dia berpakaian biasa, atau mengenakan pakaiannya sebagai (jubah) uskup.
Kedua, tahap pengenalan setelah masuk OFM. Saya masuk OFM tahun 1981 (saya meninggalkan Ordo pada 31 Desember 1988, jam 12 malam, sehingga per 1 Januari 1989 saya memulai hidup yang baru sebagai awam). Setelah tamat Seminari Menengah Kisol, saya dengan beberapa teman (termasuk Mgr.Paskalis Bruno Syukur OFM, yang sekarang menjadi Uskup Bogor, sebagai penerus tahta keuskupan yang dimulai oleh Mgr.Geise, P.Dr.Peter Aman OFM, P.Karel Jande PR,) melamar masuk postulan OFM tahun 1981 dan diterima untuk menjalani tahun postulat itu di biara St.Yosef Pagal, Manggarai. Setelah setahun menjalani masa postulan di Pagal, kami melanjutkan program pendidikan kami di Novisiat OFM yang saat itu masih di biara St.Bonaventura Papringan, Yogyakarta (sebab dua tahun sesudah itu, novisiat pindah ke novisiat Transitus, Depok, Bogor).
Sejak itu makin banyak yang saya ketahui tentang dia. Misalnya saat itu saya akhirnya tahu bahwa dia adalah dosen yang sangat dihormati di UNPAD Bandung. Di UNPAD ia menduduki fungsi dan jabatan sebagai Profesor (guru besar) di bidang antropologi budaya. Sebagai ilustrasi mengenai ketokohan dia dan bagaimana ia dihormati di UNPAD, jauh di kemudian hari saya membaca kesaksian Yan Sunyata di Melintas (Agustus 1995, No.35, hal.55-56; Juragan Visioner, hal.51). Beliau menjadi ahli antropologi dengan melakukan studi dan riset antropologi tentang suku asli Badui di Banten. Ia amat akrab dengan dan juga mencintai orang-orang Badui itu sehingga mereka menyebutnya juragan. Selain itu saya juga akhirnya tahu bahwa ia mendirikan Unpar (sang fundator Unpar dalam istilah Yan Sunyata OSC; menarik bahwa Yan Sunyata memakai bentuk tunggal sang fundator dan bukan salah satu dari fundatores; tentu hal itu mengisyaratkan sesuatu) dan menjadi rektornya yang pertama hingga tahun 1979 sebelum jabatan itu selanjutnya dipangku oleh Bapak DR.A.Koesdarminta.
Selesai pendidikan postulan di Pagal, kami masuk novisiat OFM di Yogyakarta. Di sinilah saya semakin banyak tahu tentang dia karena ada beberapa teman novisiat kami yang tamat dari Seminari Menengah Stela Maris Bogor (kiranya ia juga menjadi salah satu fundator awal, selain pater Wijbrands OFM yang sangat diingat oleh banyak siswa Seminari Stela Maris Bogor). Seingat saya, pada masa novisiat itu kami belum pernah bertemu dengan beliau karena ia saat itu tidak ke Yogya. Selesai novisiat kami melanjutkan studi filsafat di STF Driyarkara Jakarta. Saat itu ada frater yang tinggal di Kramat ada yang di biara Padua. Di biara Fransiskus Kramat itulah kami sering bertemu dia karena ia sering ke Jakarta, karena ada satu dua urusan di propinsialat OFM. Saya bertemu dengan dia untuk pertama kalinya tahun 1983 di biara Fransiskus Kramat. Walau saat itu kami satu ordo, tetapi kami tidak pernah tinggal satu rumah, karena ia tinggal di Bandung, mendampingi para frater dari beberapa keuskupan (terutama Bogor) di Jl.Suryalaya, Buah Batu, sekaligus juga di Bogor (tahtanya sebagai uskup).
Ketika bertemu dengan dia, kesan saya, ialah orangnya tenang, tidak banyak bicara. Selain itu, ia juga adalah seorang yang berwibawa. Hal itu tampak terasa dari sorotan tatapan matanya yang seperti menukik ke dalam relung-relung terdalam hati manusia. Beberapa kali kami sebagai frater muda, suka berbicara dengan dia. Tampak juga ia senang bercengkerama dengan frater OFM muda. Saat kuliah Islamologi di STF Driyarkara yang diampu oleh P.Alfons Suhardi OFM, saya juga semakin mengenal dia dari sudut pandang lain. Misalnya ia suka memakai nama samaran jika menulis artikel. Nama samarannya ialah Prof.Niti Ganda (Ada penjelasan singkat tentang nama ini dalam tulisan Eddy Kristiyanto dalam Juragan Visioner). Ia suka menulis tema pendidikan dan dialog dengan orang Islam. Hal itu kiranya masuk akal karena ia menjadi uskup di tatar Parahyangan yang kental dengan tradisi keislamannya.
Selain berkenalan dengan Mgr.Geise, saat itu saya juga bertemu dengan beberapa tokoh intelektual Fransiskan lain yang berkiprah di Bandung, seperti Pater MAW Brouwer OFM (yang terkenal sebagai kolumnis Kompas dan pengasuh rubrik psikologi di harian itu sampai awal 80an) dan Pater Hoofsteede OFM. Pater Brouwer berkiprah di psikologi Unpad. Sedangkan pater Hoofsteede berkiprah di Unpar baik sebagai dosen maupun terutama sebagai peneliti (bidang sosiologi dan kebudayaan). Senang dan bangga sekali rasanya berkenalan dengan orang-orang yang luar biasa itu. Sayang sekali bahwa para intelektual Fransiskan sekarang ini tidak ada lagi yang berkiprah di Unpar, entah mengapa. Padahal justru di tatar Sunda (Parahyangan) inilah para Fransiskan dengan jubah hitamnya yang khas-unik itu, dikenal dan dianggap sebagai jelmaan Kreshna. Karena mereka berjubah hitam, orang Sunda mengira mereka itu titisan Kreshna. Sejauh penelusuran saya, warna hitam dalam logo asli (awal) Unp
結果 (
日本語) 1:
[コピー]コピーしました!
教授。DR。MGR。N.J.C. GEISE OFM:"FUNDATOR"科学記号2015年1月24日 20:08この FACEBOOK で荷重を導入:記事ではこの yg sy sy、説明および訂正のお知らせや、何もなく公式 Yayasasn UNPAR シンボルの要求で書かれた本財団自体によって拒絶されました。本が出版された最後の 1 週間が記事 sy は除外。いくつかの理由ですか?それは残念です。でも、大丈夫。私はすることができますまだ mensharingkannya この部屋を私の読者に。 Francis Borgias M。 投稿者: Francis m. Borgias、ミセス、マサチューセッツ州、Phd.、単位取得満期退学。 導入電子メールでの経験と知識所長 Geise、Fundator Unpar 記号彼の OSC v. Sunyata ヤンの言葉を借りてになります詳細を簡単に書き込む財団 (号室ヘンドラ ウイルス化学者 OSC) の長官頼んだイニシアチブ科学記号 60 周年の枠組みでよい基礎から来た。これは過去の歴史を記憶のために良いと偉大な文字 (fundator) を通じて、現在および将来に水遊びに学習プロセス自体の一部であります。いつの間にか年齢科学記号がすでに 60 歳です。2005 年に 50 年 (ゴールド) のお祝いに, 私は 2 つの友人 (Andreas Doweng ボーロ、Prof.B.Arief Sidharta) 開始所長 Geise の本の記憶を書いた。主を賛美、イニシアチブのリーダーシップをサポートされています。その時点で我々 は彼についていくつかの重要な執筆そう terbitlah スキッパー先見の明、教授 Ofm (2005年のジョグ ジャカルタ、バンドンとカニシウス Unpar 記号) のタイトルの本を収集するために管理。 その時点で"Heterologi Geise"について 1 つの記事を書いた今、彼について書くに招待、もちろん私は繰り返しては何既に数年前に書いた。それはもはや可能な導入のため解釈学を論じて、過去からの図は、このようにますます豊かでゆでますます遠い間隔のために重要になります。Distansiasi、プロセス p. リクール、趣旨と意味を検索するために不可欠と述べた。これは、パラドックスの歴史;歴史の通路のプロセス定義と新しい理解できる空間距離 (distansiasi) 常を作成します。2005 年に書いた何かの葉と非常に重い heterologi の Michel de Certeau コンセプトから、だから今私はちょうど何かを書く簡単なすなわち導入の詳細私は所長 Geise。どのような私が知っている彼について有用であり disharingkan の他の人に良い。 教授 Geise に私の紹介順序と順序を去った後、私のエントリから久しい。2005 年に、彼について知っているもののかなり多くは、50 年 Unpar を祝うとき Geise について本を書くためのいくつかの同僚とのシンボルします。そこの注意、意識および感謝は存在を意味する heterologi と私たちの周りの他人の存在についての記事を寄稿しました。その本の中で、その heterologi Geise 流れるとオアシス Geise の住んでいたし、育ったフランシスコ会の精神性から放射状に広がるを改めて表明します。 2 ステージの紹介私の導入は、所長 Geise はずっと前に起こっているになります。2 つの主要な時代に it 導入を共有します。まず、OFM (オルド Fratrum Minorum) に入る前に導入。第二に、サインイン後の OFM の導入。この記事は 2 つの偉大なマイルス トーンを中心に展開します。最初の導入で起動、OFM に入る前に。 私は、中間の Pius XII 神学校 Kisol マンガライ ティムール、フローレス、NTT に座っていたとき彼の名前の聞いた。もちろん私の導入はまだ限られていただけの一般的な性質の情報のレベルについてあります。それはまだ物事の知識に関する情報を含めるより相当関連彼等の職業紹介ボゴール ビショップ (Episcopus Bogorensis) として彼に知る。確かに、司教になる、前に彼はフランシスコ会は態度の確立と人生観で永続的な司祭。忍耐は確かにあったと彼の基本的な性質の一つとなっています。 Pengenalan itu menjadi mungkin karena saat itu ada beberapa frater OFM yang memberitahukan hal itu kepada kami para siswa Seminari Kisol. Para frater itu baik yang berasal dari Manggarai (tamatan Kisol) maupun yang sedang top di Manggarai mampir di Kisol untuk bertemu dengan siswa, tentu dalam rangka promosi panggilan secara terselubung (biasanya saat itu mereka mengenakan jubah mereka yang hitam dan unik atau memakai salib Tau fransiskan yang unik dan menarik perhatian siswa yang sedang dalam pembentukan dan pencarian jadi-diri; memang jubah fransiskan yang hitam itu menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa karena sehari-hari kami melihat jubah putih SVD maupun Praja; saya ingat bahwa saya sendiri terpesona oleh bentuk dan warna jubah itu sehingga saya langsung memutuskan untuk masuk OFM). Mgr.Geise adalah salah satu dari orang yang mengenakan jubah hitam seperti itu. Begitu bayangan saya pada saat itu. Ternyata kemudian, saya tidak pernah melihat dia mengenakan jubah itu lagi, sebab tatkala bertemu dengan dia, entah dia berpakaian biasa, atau mengenakan pakaiannya sebagai (jubah) uskup. 第二に、導入フェーズ OFM を入力した後。1981 年に OFM を入力した (私は順序に残す 1988 年 12 月 31 日、12 泊として 1989 年 1 月 1 日の私は始めた素人として新しい人生を)。高 Kisol 神学校を卒業後私はいくつかの友人とあった (所長復活祭 Bruno Syukur OFM、今ボゴール司教、参照への後継者としては人を含む所長 Geise、セキュリティで保護された P.Dr.Peter OFM、P. カレル ・ Jande 広報によって開始の) 1981 年に入場聖職 OFM の適用し、St 公準。 Yosef Pagal マンガライの修道院に住んでいるに受け入れられました。生活、聖職 Pagal 年後いきます私たちの教育プログラムだった OFM 修練院、聖ボナヴェントゥラ Papringan、ジョグ ジャカルタの修道院でまだ (2 年間その後修練院に移転修練院 Transitus、デポック、ボゴール)。 それ以来より私は彼について知っている、彼はついに場合などは非常に尊重された教授 UNPAD、バンドン。彼は関数と文化人類学の分野の教授 (教授) として位置に役立った。例として彼とどのように彼は尊敬 UNPAD のライトの大いに後でヤン Sunyata の証言で読んだ (1995 年 8 月, no. 35, pp. 55-56; を渡すスキッパー先見の明、p. 51)。彼はなった人類学者およびバンテンの部族のベドウィンの人類学の研究の調査を行います。彼は非常に精通しているし、彼らがそれを呼ぶのでまたベドウィン人を愛した。さらにも最終的に考え出したその彼は設立科学記号 (用語 Sunyata ヤン OSC; fundator 科学記号単数形の fundator と fundatores からではなく、1 つを身に着けている興味深いそのヤン Sunyata; 確かにそれは何かを示唆) 1979 年までその学長となった氏博士によってポストの次の dipangku の前に、まず。A. Koesdarminta。 Selesai pendidikan postulan di Pagal, kami masuk novisiat OFM di Yogyakarta. Di sinilah saya semakin banyak tahu tentang dia karena ada beberapa teman novisiat kami yang tamat dari Seminari Menengah Stela Maris Bogor (kiranya ia juga menjadi salah satu fundator awal, selain pater Wijbrands OFM yang sangat diingat oleh banyak siswa Seminari Stela Maris Bogor). Seingat saya, pada masa novisiat itu kami belum pernah bertemu dengan beliau karena ia saat itu tidak ke Yogya. Selesai novisiat kami melanjutkan studi filsafat di STF Driyarkara Jakarta. Saat itu ada frater yang tinggal di Kramat ada yang di biara Padua. Di biara Fransiskus Kramat itulah kami sering bertemu dia karena ia sering ke Jakarta, karena ada satu dua urusan di propinsialat OFM. Saya bertemu dengan dia untuk pertama kalinya tahun 1983 di biara Fransiskus Kramat. Walau saat itu kami satu ordo, tetapi kami tidak pernah tinggal satu rumah, karena ia tinggal di Bandung, mendampingi para frater dari beberapa keuskupan (terutama Bogor) di Jl.Suryalaya, Buah Batu, sekaligus juga di Bogor (tahtanya sebagai uskup). Ketika bertemu dengan dia, kesan saya, ialah orangnya tenang, tidak banyak bicara. Selain itu, ia juga adalah seorang yang berwibawa. Hal itu tampak terasa dari sorotan tatapan matanya yang seperti menukik ke dalam relung-relung terdalam hati manusia. Beberapa kali kami sebagai frater muda, suka berbicara dengan dia. Tampak juga ia senang bercengkerama dengan frater OFM muda. Saat kuliah Islamologi di STF Driyarkara yang diampu oleh P.Alfons Suhardi OFM, saya juga semakin mengenal dia dari sudut pandang lain. Misalnya ia suka memakai nama samaran jika menulis artikel. Nama samarannya ialah Prof.Niti Ganda (Ada penjelasan singkat tentang nama ini dalam tulisan Eddy Kristiyanto dalam Juragan Visioner). Ia suka menulis tema pendidikan dan dialog dengan orang Islam. Hal itu kiranya masuk akal karena ia menjadi uskup di tatar Parahyangan yang kental dengan tradisi keislamannya. Selain berkenalan dengan Mgr.Geise, saat itu saya juga bertemu dengan beberapa tokoh intelektual Fransiskan lain yang berkiprah di Bandung, seperti Pater MAW Brouwer OFM (yang terkenal sebagai kolumnis Kompas dan pengasuh rubrik psikologi di harian itu sampai awal 80an) dan Pater Hoofsteede OFM. Pater Brouwer berkiprah di psikologi Unpad. Sedangkan pater Hoofsteede berkiprah di Unpar baik sebagai dosen maupun terutama sebagai peneliti (bidang sosiologi dan kebudayaan). Senang dan bangga sekali rasanya berkenalan dengan orang-orang yang luar biasa itu. Sayang sekali bahwa para intelektual Fransiskan sekarang ini tidak ada lagi yang berkiprah di Unpar, entah mengapa. Padahal justru di tatar Sunda (Parahyangan) inilah para Fransiskan dengan jubah hitamnya yang khas-unik itu, dikenal dan dianggap sebagai jelmaan Kreshna. Karena mereka berjubah hitam, orang Sunda mengira mereka itu titisan Kreshna. Sejauh penelusuran saya, warna hitam dalam logo asli (awal) Unp
翻訳されて、しばらくお待ちください..
