SOLO—Sebuah perusahaan asal Jepang berencana akan membangun pabrik elevator atau lift di Solo. Setidaknya dibutuhkan lahan seluas sekitar 3 hektare tanah untuk mewujudkan rencana tersebut.
Hal itu dikatakan pemilik Suzuki Elevator Company (SEC) Jepang, Takao Suzuki, seusai penandatanganan kerja dengan SEC Indonesia di Sasana Handrawina Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis (24/4).
Takao mengatakan, dipilihnya Indonesia lantaran di sini banyak berdiri gedung-gedung bertingkat. “Maka rencana kami akan mencoba bangun pabrik lift di Solo,” ujar Takao Suzuki saat jumpa pers.
Menurutnya, Solo merupakan kota pertama di Indonesia yang akan dijadikan lokasi pendirian pabrik lift tersebut. Sementara negara lain yang sudah ada, yaitu Filipina dan Vietnam.
Takao menguraikan, pihaknya memilih Solo karena jalur pengiriman di wilayah ini dinilai relatif lebih mudah. “Ini bisa dilihat dalam waktu dekat akan mempunyai jalan tol, dekat dengan Bandara, maupun lewat pelabuhan di Semarang. Untuk lahannya pun sudah disurvei di beberapa titik hanya saja belum ditentukan yang mana,” ujarnya.
Lahan yang dibutuhkan, minimal seluas 3 hektare. “Untuk lokasinya kemungkinan di Solo pinggiran dan kami sudah survei dan menjajaki harga tanah itu di beberapa titik. Kalau di tengah kota harganya tinggi sampai Rp 25 juta lebih per meternya,” paparnya.
Sementara Direktur SEC Indonesia, Harno menyatakan, sebenarnya rencana awal pabrik akan dibangun di Jakarta. Namun di sana tidak memungkinkan, karena persaingannya cukup tinggi, padat, dan biaya tenaga kerjanya juga tinggi. Akhirnya dipilihlah Solo yang UMR-nya seperempatnya Jakarta.
“Produk yang dibuat itu didesain untuk tahan gempa, karena konsepnya remnya ganda dan ini tidak ada di lift-lift yang lain,” imbuhnya. Ari Welianto
SOLO—Sebuah perusahaan asal Jepang berencana akan membangun pabrik elevator atau lift di Solo. Setidaknya dibutuhkan lahan seluas sekitar 3 hektare tanah untuk mewujudkan rencana tersebut.
Hal itu dikatakan pemilik Suzuki Elevator Company (SEC) Jepang, Takao Suzuki, seusai penandatanganan kerja dengan SEC Indonesia di Sasana Handrawina Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis (24/4).
Takao mengatakan, dipilihnya Indonesia lantaran di sini banyak berdiri gedung-gedung bertingkat. “Maka rencana kami akan mencoba bangun pabrik lift di Solo,” ujar Takao Suzuki saat jumpa pers.
Menurutnya, Solo merupakan kota pertama di Indonesia yang akan dijadikan lokasi pendirian pabrik lift tersebut. Sementara negara lain yang sudah ada, yaitu Filipina dan Vietnam.
Takao menguraikan, pihaknya memilih Solo karena jalur pengiriman di wilayah ini dinilai relatif lebih mudah. “Ini bisa dilihat dalam waktu dekat akan mempunyai jalan tol, dekat dengan Bandara, maupun lewat pelabuhan di Semarang. Untuk lahannya pun sudah disurvei di beberapa titik hanya saja belum ditentukan yang mana,” ujarnya.
Lahan yang dibutuhkan, minimal seluas 3 hektare. “Untuk lokasinya kemungkinan di Solo pinggiran dan kami sudah survei dan menjajaki harga tanah itu di beberapa titik. Kalau di tengah kota harganya tinggi sampai Rp 25 juta lebih per meternya,” paparnya.
Sementara Direktur SEC Indonesia, Harno menyatakan, sebenarnya rencana awal pabrik akan dibangun di Jakarta. Namun di sana tidak memungkinkan, karena persaingannya cukup tinggi, padat, dan biaya tenaga kerjanya juga tinggi. Akhirnya dipilihlah Solo yang UMR-nya seperempatnya Jakarta.
“Produk yang dibuat itu didesain untuk tahan gempa, karena konsepnya remnya ganda dan ini tidak ada di lift-lift yang lain,” imbuhnya. Ari Welianto
翻訳されて、しばらくお待ちください..
