Kikuchi Room, Hotel ImperialRabu pagi 2 Juli, pukul 7:00 pagi waktu To翻訳 - Kikuchi Room, Hotel ImperialRabu pagi 2 Juli, pukul 7:00 pagi waktu To日本語言う方法

Kikuchi Room, Hotel ImperialRabu pa

Kikuchi Room, Hotel Imperial
Rabu pagi 2 Juli, pukul 7:00 pagi waktu Tokyo, jawaban telex dari Menteri Widjojo Nitisastro. diterima oleh Minister Councellor Leon Sumantri dan langsung diteruskan kepada saya, Isinya: "… bahwa Bapak Presiden berpesan dan memberi petunjuk bahwa kita tidak setuju untuk ikut memikul beban 10% pinjaman tersebut, k arena hal tersebut tidak sesuai dengan janji Jepang sebelumnya yang bersedia memberikan pinjaman 25%, yaitu seluruh pinjaman yang akan disalurkan melalui Pemerintah Indonesia"

Reaksi pertama saya waktu itu adalah langsung terbang ke Ottawa dari Tokyo agar secara pribadi dapat menjelaskan masalahnya kepada Presiden Soeharto. Niat ini tidak dapat dilaksanakan, karena berbagai persoalan praktis.
Persoalan khas Jepang yang dihadapi adalah, bahwa apabila momentum yang baik dalam kunjungan Presiden Soeharto ke Jepang ini berlalu tanpa penyelesaian MA, maka masalahnya mungkin akan tertunda beberapa minggu lagi. Dalam pada itu, pada bulan Agustus biasanya diadakan pergeseran rutin di antara pejabat-pejabat teras Jepang, yang berakibat cukup luas. Sehingga ada kemungkinan penanganan Proyek Asahan akan beralih ke tangan pejabat-pejabat lain. Pejabat-pejabat baru ini niscaya akan memerlukan waktu untuk mempelajari segala sesuatu sejak dari semula lagi, khususnya dengan gagasan-gagasan baru yang ditampilkan oleh tiga serangkai Hashimoto, Omi dan Toyoshima.
Dalam pada itu keadaan ekonomi Jepang mungkin akan lebih memburuk lagi, sehingga gairah untuk mengambil keputusan mungkin akan hilang sama sekali. Masalah ini sulit rasanya untuk dijelaskan per telex dan hanya dapat diutarakan dengan gamblang melalui uraian lisan.
Kepada Duta Besar Yusuf Ramli, hal ini telah saya uraikan. Namun dia berpendapat, bahwa keputusan. yang telah diterima melalui kawat sudah jelas dan tegas. Karenanya dia tidak melihat jalan lain, kecuali menyampaikannya kepada MITI, dan menunggu reaksinya.
Sewaktu keputusan melalui telex ini disampaikan kepada Direktur Jenderal Hashimoto, jawaban yang diberikan adalah, bahwa Jepang tetap bertahan pada usulnya untuk meminta agar Pemerintah Republik Indonesia tetap menanggung 10% modal pinjaman dari sumber sendiri.
Bagi kami tidak ada jalan lain dari pada menyampaikan jawaban pihak Jepang ini segera kepada Presiden Soeharto dan kepada Menteri Widjojo Nitisastro.
Waktu memang telah mulai mendesak, sebab apabila MA hendak ditanda-tangani 7 Juli berikutnya, masalahnya harus sudah dapat diputuskan dan disetujui Kabinet Jepang dalam sidangnya pada hari Jumat 4 Juli.
Kami memutuskan untuk langsung menelepon Menteri Widjojo Nitisastro dari KBRI Tokyo guna menjelaskan seluruh masalah secara panjang lebar. Waktu itu jam 14:00 waktu Tokyo, berarti jam 01:00 tengah malam tanggal 1 Juli waktu Ottawa.
Sudah barang tentu Menteri Widjojo Nitisastro sedang tidur setelah terbang lebih dari sepuluh jam ke Ottawa. Namun Menteri Widjojo rupanya bersedia dibangunkan. Dan kepadanya saya jelaskan seluruh permasalahan. Menteri Widjojo Nitisastro tidak dapat memberikan komentar banyak, tetapi meminta saya segera menelepon Menteri Sudharmono pula.
Hubungan langsung dapat diperoleh dengan Menteri Sudharmono. Saya dinasehatkan agar mengirimkan telex langsung kepada Presiden Soeharto dan menjelaskan sekali lagi secara lengkap seluruh masalah. Menteri Sudharmono berjanji akan menghadap Presiden Soeharto bersama Menteri Widjojo Nitisastro pada esok harinya, jam 9:00 pagi waktu Ottawa, 2 J uli. Pada saat itu waktu di Tokyo kurang lebih jam 7:00 malam, 3 J uli, sedangkan esok harinya akan diadakan sidang kabinet.
Menurut perhitungan, telex saya akan sampai di Ottawa pada jam 6:00 pagi waktu Ottawa, tanggal 2 Juli. Rencana adalah menelepon Ottawa kembali pada jam 22:00 malam waktu Tokyo, 3 Juli.
Tidak hanya semua yang ikut dalam delegasi perundingan dan KBRI Tokyo gelisah, tetapi juga pihak MITI, khususnya Omi-san yang sengaja datang ke kamar saya di Hotel Imperial pada malam itu. Dia menyampaikan, bahwa dia akan menunggu di kantor dan kantor MITI akan dibuka semalam suntuk.
Omi-san menyampaikan puIa akan mempergunakan suatu shortcut untuk penyiapan berkas sebelum sidang kabinet Jepang.
Biasanya, menurut prosedur, kata sepakat terdapat pada tingkat direktur terlebih dahulu, kemudian pada tingkat direktur jenderal, akhirnya. pada tingkat vice-minister - baru dapat diajukan ke sidang kabinet. Kata sepakat vice-minister disetujui untuk dilangkahi, suatu tindakan yang tidak lazim dalam Pemerintahan Jepang.
Seluruh delegasi kecil Indonesia yang tersusun atas saya sendiri, Ir. Siahaan, Ir. Situmorang, Drs. Sutanto, Syakur SH dan Sutoyo SH, beserta saudara Leon Sumantri, menunggu di kamar No.1116 yang biasa saya pakai di Hotel Imperial. Berganti-ganti sekelompok-sekelompok membeli makan ke luar, sementara yang lain stand-by untuk menampung berita.
Kami sedang bersiap-siap menghubungi Ottawa lagi per telepon, ketika tepat pada jam 22:00 telepon berbunyi. Rupanya Menteri Widjojo pun sedang berusaha mencari hubungan segera sesudah menghadap Presiden Soeharto, untuk menyampaikan keputusan persetujuan Presiden Soeharto. Namun persetujuan tersebut disertai syarat, antara lain, a gar bila terdapat kenaikan harga, hal ini tidak boleh membawa komitmen baru bagi Indonesia.
Pada jam 1:00 tengah malam, 4 Juli 1975, saya bersama dengan Ir. Siahaan dan Leon Sumantri berkunjung ke kantor MITI. Hashimoto, Omi dan Toyoshima rupanya selalu menunggu Kami. Pesan pun kami sampaikan, berikut syarat tambahan dari Presiden Soeharto.
Dua langkah berikut harus pula diusahakan secara sekaligus dalam beberapa jam sebelum sidang kabinet Jumat pagi dimulai.
Langkah pertama, mengusahakan konsensus formal antara para direktur dan para direktur-jenderal yang berkepentingan di lingkungan instansi-instansi Jepang.
Langkah kedua, mencari jalan keluar guna menampung persyaratan Presiden Soeharto.
Yang pertama adalah tugas pihak Jepang, terutama Omi-san. Yang kedua perlu dibahas bersama lagi.
Pada dinihari, hari Jumat itu, akhirnya tercapai kata sepakat atas suatu way-out berupa "side-letter" dari saya ke Menteri MITI, Komoto, yang disamping menyatakan persetujuan atas usul Pemerintah Jepang, pun membuka jalan penyelesaian permasalahan kenaikan harga di kemudian hari dengan ucapan yang maknanya termaktub dalam kalimat :

each party will consult each other for the smooth implementation of the project based on the spirit of mutual understanding and mutual interest.

Kalimat yang tidak begitu panjang, tetapi banyak mengandung arti dan menjamin suasana musyawarah dan kerja-sama yang baik. Satu cara penyelesaian masalah khas Timur, namun bukan pula cara yang asing dalam hubungan usaha dengan Jepang.
Surat tersebut merupakan surat resmi Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Jepang. Oleh karena itu harus dibuat di atas kertas resmi yang hanya tersedia di KBRI –sedangkan kantor KBRI tengah malam tertutup rapat.
Dengan sedikit berakrobat, sopir Jepang-nya Leon Sumantri, bernama Yokoseki, memanjat pagar KBRI untuk membuka pintu. Dan hasil pengetikan dari juru ketik amatir, Atjeng, pembantu Leon Sumantri, dapat mengatasi masalah yang dihadapi itu. Pada jam 4.00 pagi surat pun selesai untuk dipelajari MITI, sebelum ditanda-tangani.
Pada jam 5:00 pagi dua pegawai MITI datang ke kamar saya di hotel dengan pesan persetujuan –dan surat saya tanda tangani.
Mulai saat itu pihak Indonesia tidak dapat berbuat banyak selain menunggu.
Namun Omi-san masih bekerja keras dalam usaha mendapatkan konsensus menurut prosedur. Sebagian besar hal ini diperolehnya dengan menelepon sendiri pejabat yang berwenang satu persatu semalam suntuk hingga subuh.
Siang hari Jumat, menjelang tengah hari, Omi-san menelepon lagi, menyampaikan berita persetujuan Kabinet Jepang bagi pembiayaan proyek Asahan.
Hari itu juga, sampai Minggu malam, semua berkas disiapkan untuk upacara penanda-tanganan Master Agreement pada 7 Juli 1975 di Kikuchi Room-Hotel Imperial, tepat pada jam 8:00 pagi waktu Tokyo.
Syukur, waktu tegang selama satu bulan sejak 3 Juni hingga 4 Juli dinihari, tidak sia-sia bagi pihak Indonesia maupun pihak Jepang.

0/5000
ソース言語: -
ターゲット言語: -
結果 (日本語) 1: [コピー]
コピーしました!
菊池部屋、ホテル インペリアル
水曜日の朝の 7 月 2 日、7:00 東京時テレックス大臣 Widjojo Nitisastro からの答え。大臣の評議員レオン Sumantri によって受け入れられ、私には、内容に直接転送:"... 大統領彼の父と語ったし、ローンの負担を肩に同意しない指示を与えたが 10%25%、すなわち、全体の貸付金の貸付け金を与えるために喜んで前の日本の約束に従ってではない k アリーナは"

私最初の反応時間は、直接飛んだオタワに個人的に大統領のスハルトに問題を説明することができます東京からインドネシア政府を通じてチャネリングはこの意図を実行できませんでした。実用的な問題のさまざまな一般的な質問、
日本に直面しては、するときに問題がある可能性があります、この、MA の完了なし渡されるスハルト大統領訪日で勢い遅れていくつかのより多くの週。一方で、ルーチンのシフトは、通常、関係者の間開催 8 月にはかなり広々 として日本のパティオにつながった。処理の可能性があるのでアサハン プロジェクトは手のひらに切り替える他の役人。新しい役人は最初からすべてを学ぶには時間が必要になります間違いなく再び、特に、新しいアイデアを持つ三頭政治橋本、近江と豊島によって表示される
経済状況が悪化しているもう一度より多くの日本かもしれない決定を取るための情熱が失われるので全体で。この問題はテレックスによって説明されるように見えたし、経口 Exposé を触知によってのみリリースすることができます難しい
大使ヨセフ Ramli にこれらの事がある私は記述します。しかし、彼はその決定を主張しました。それを介して受信されているワイヤーははっきりと明確です。したがって、彼は他の方法を見ていません。場合を除き、通商産業省に提出し、待っていた彼女の反応
このテレックスを通じて決定橋本の事務局長に転送された、与えられた答えは、日本独自のリソースから資本の貸付け金の 10 % を負担するインドネシア共和国政府が続いている需要にキャンペーンに残ったこと。
。私たちのために日本の党大統領のスハルトと大臣 Widjojo Nitisastro. への回答をすぐに伝えるより仕方がない
時間は確かに開始されて緊急、MA は 7 月 7 日に署名されたとき次に、問題で決定する必要があります既にと金曜日 7 月 4 日の公聴会の日本の内閣承認します
。長さで、全体の問題を説明する東京のインドネシア大使館からの大臣 Widjojo Nitisastro を直接呼び出すことにしました。14:00 東京時間、7 月 1 日午前 1:00 オタワの時間を意味時間。
もちろん大臣 Widjojo Nitisastro オタワに 10 時間以上の飛行の後眠っていた。しかし大臣 Widjojo は外見上構築するつもりだった。そして、彼に私は、全体の問題を説明しました。大臣 Widjojo Nitisastro ことはできませんあまり、コメントしますが、尋ねる私はすぐに呼んだ長官 Sudharmono
長官 Sudharmono の直接的な関係が得られます。テレックス スハルト大統領に直接送信し説明することをお勧めされた全体の問題をもう一度完了します。大臣と約束した Sudharmono 大統領スハルト大臣 Widjojo Nitisastro の前に一緒に次の日、9:00 2 J uli オタワ時間。当時、日本はもっとまたは少ない時間 19:00、3 J uli の翌日ながらキャビネット セッションを開催します。
、計算によると私はされるテレックス、18:00 オタワに到着したオタワ時間 7 月 2 日の朝に。計画と呼ばれる、オタワ戻って 7 月 3 日、23:00 東京の時に。
だけでなく、交渉および端に、東京のインドネシア大使館も通商産業省、特に近江さんが誤ってインペリアル ホテルに私の部屋にその夜に参加しているすべての委任。彼女は彼女、彼女はオフィスで待っているだろうそれを共有し、通商産業省の事務所が夜を開きます
。近江 san をお届けします、プイア ショートカットのセットアップ ファイルの前に、評議会内閣日本。 を utilises
通常、プロシージャ、によると、合意した最初、ダイレクタ ・ レベルを特定し、事務局長のレベルで最後に。副 minister 新しいのレベルでは、キャビネットに提出するかもしれません。副大臣が承認することに同意、跳ばれたためアクションを日本政府の委任小。 で普及していないです
インドネシア成っている自分自身、赤外線サベリ、赤外線、ドクター & ミセス ・中国インドネシア姓 Situmorang、SH と SH Sutoyo Syakur と一緒に弟レオン Sumantri、私は普通のホテル インペリアルで着る部屋 no.1116 で待っています。、外食のグループ、グループの変更を買う一方他のスタンドバイに対応するニュース。
我々 は 22:00 に正確に電話が鳴った時、電話当たりオタワを再度連絡準備を進めています。どうやら大臣 Widjojo もしようとしていた関係を見つけるスハルト大統領承認の決定を伝えるために、大統領のスハルトに直面した後すぐに。ただし、契約伴われ、他の中アラカルト ガー価格が増加、インドネシアのための新たなコミットメントをもたらすことができない
1: 00 の真夜中に 1975 年 7 月 4 日、赤外線サベリとレオン Sumantri と一緒に訪れた通商産業省の事務所。橋本、近江、豊島明らか常に私たちを待っています。大統領のスハルトの以下の追加条件を運ぶメッセージ
。次の 2 つの手順する必要がありますもで開催される同時に公聴会内閣。 金曜日の朝を開始する前にいくつかの時間
取締役と取締役一般との正式合意に向けての第一歩に関して日本で環境代理店代理店
2 番目のステップは、スハルト大統領の要求に対応するためにアウト方法を探しています。
最初は日本のタスク特に近江さん。再び一緒に対処する必要があります後者
夜明け金曜日、それは最終的に達成、」側への手紙」から通産大臣の発言の意味は文に含まれていることに一日の後半に価格の上昇の方法和解問題を開いていた日本政府の国家承認と共に人河本のフォームでの方法に同意する:

。各当事者は相互理解の精神に基づいたプロジェクトの円滑な実施のため互いに相談し相互関心。

はない長い文章が多く含む意味と審議と協同して良いの雰囲気を確保します。日本と東、しかしどちらも外国の方法ビジネス関係に特有な問題の解決方法の 1 つ
。この手紙は、インドネシア政府日本政府への正式な手紙です。それは従って紙に公式にするのみで可能です間大使館のオフィス-大使館密閉真夜中。
日本と彼のドライバーとの間のほとんどの戦いとレオン Sumantri、名前付き横関登るフェンスの扉を開く彼女に影響を与えた。アマチュアのタイピストを入力すると、Atjeng の結果メイド レオン Sumantri、それに直面している問題に対処できます。手紙は終了した 4 でそれは前に検討する、握られる通産省
5:00 に通商産業省の 2 つの役員の承認- と私の手紙記号。 メッセージとホテルで私の部屋に来る
その位置から前方、インドネシアは待つ以外にも多くを行うことはできません。
。ただし、近江さんはまだ努力」の手順に従ってコンセンサスを得るための試みで。これのほとんどが日の夜明けまで一泊で自体 1 つ権限のある当局を呼び出すことによって取得された
金曜日、1 日の中央に向かって近江サンと呼ばれる再度、ニュース日本の内閣承認のアサハン プロジェクトの資金調達のために渡す
その日に、日曜日の夜まで。菊池ルーム ホテル インペリアル、8:00 東京で右に 1975 年 7 月 7 日にすべてのファイルはマスター契約の調印式を備える時間
おかげで、インドネシアと日本の代わりに無駄ではない日暮れ、7 月 4 日まで 6 月 3 日から 1 ヶ月のための時間が緊張します

翻訳されて、しばらくお待ちください..
結果 (日本語) 2:[コピー]
コピーしました!
Kikuchi Room, Hotel Imperial
Rabu pagi 2 Juli, pukul 7:00 pagi waktu Tokyo, jawaban telex dari Menteri Widjojo Nitisastro. diterima oleh Minister Councellor Leon Sumantri dan langsung diteruskan kepada saya, Isinya: "… bahwa Bapak Presiden berpesan dan memberi petunjuk bahwa kita tidak setuju untuk ikut memikul beban 10% pinjaman tersebut, k arena hal tersebut tidak sesuai dengan janji Jepang sebelumnya yang bersedia memberikan pinjaman 25%, yaitu seluruh pinjaman yang akan disalurkan melalui Pemerintah Indonesia"

Reaksi pertama saya waktu itu adalah langsung terbang ke Ottawa dari Tokyo agar secara pribadi dapat menjelaskan masalahnya kepada Presiden Soeharto. Niat ini tidak dapat dilaksanakan, karena berbagai persoalan praktis.
Persoalan khas Jepang yang dihadapi adalah, bahwa apabila momentum yang baik dalam kunjungan Presiden Soeharto ke Jepang ini berlalu tanpa penyelesaian MA, maka masalahnya mungkin akan tertunda beberapa minggu lagi. Dalam pada itu, pada bulan Agustus biasanya diadakan pergeseran rutin di antara pejabat-pejabat teras Jepang, yang berakibat cukup luas. Sehingga ada kemungkinan penanganan Proyek Asahan akan beralih ke tangan pejabat-pejabat lain. Pejabat-pejabat baru ini niscaya akan memerlukan waktu untuk mempelajari segala sesuatu sejak dari semula lagi, khususnya dengan gagasan-gagasan baru yang ditampilkan oleh tiga serangkai Hashimoto, Omi dan Toyoshima.
Dalam pada itu keadaan ekonomi Jepang mungkin akan lebih memburuk lagi, sehingga gairah untuk mengambil keputusan mungkin akan hilang sama sekali. Masalah ini sulit rasanya untuk dijelaskan per telex dan hanya dapat diutarakan dengan gamblang melalui uraian lisan.
Kepada Duta Besar Yusuf Ramli, hal ini telah saya uraikan. Namun dia berpendapat, bahwa keputusan. yang telah diterima melalui kawat sudah jelas dan tegas. Karenanya dia tidak melihat jalan lain, kecuali menyampaikannya kepada MITI, dan menunggu reaksinya.
Sewaktu keputusan melalui telex ini disampaikan kepada Direktur Jenderal Hashimoto, jawaban yang diberikan adalah, bahwa Jepang tetap bertahan pada usulnya untuk meminta agar Pemerintah Republik Indonesia tetap menanggung 10% modal pinjaman dari sumber sendiri.
Bagi kami tidak ada jalan lain dari pada menyampaikan jawaban pihak Jepang ini segera kepada Presiden Soeharto dan kepada Menteri Widjojo Nitisastro.
Waktu memang telah mulai mendesak, sebab apabila MA hendak ditanda-tangani 7 Juli berikutnya, masalahnya harus sudah dapat diputuskan dan disetujui Kabinet Jepang dalam sidangnya pada hari Jumat 4 Juli.
Kami memutuskan untuk langsung menelepon Menteri Widjojo Nitisastro dari KBRI Tokyo guna menjelaskan seluruh masalah secara panjang lebar. Waktu itu jam 14:00 waktu Tokyo, berarti jam 01:00 tengah malam tanggal 1 Juli waktu Ottawa.
Sudah barang tentu Menteri Widjojo Nitisastro sedang tidur setelah terbang lebih dari sepuluh jam ke Ottawa. Namun Menteri Widjojo rupanya bersedia dibangunkan. Dan kepadanya saya jelaskan seluruh permasalahan. Menteri Widjojo Nitisastro tidak dapat memberikan komentar banyak, tetapi meminta saya segera menelepon Menteri Sudharmono pula.
Hubungan langsung dapat diperoleh dengan Menteri Sudharmono. Saya dinasehatkan agar mengirimkan telex langsung kepada Presiden Soeharto dan menjelaskan sekali lagi secara lengkap seluruh masalah. Menteri Sudharmono berjanji akan menghadap Presiden Soeharto bersama Menteri Widjojo Nitisastro pada esok harinya, jam 9:00 pagi waktu Ottawa, 2 J uli. Pada saat itu waktu di Tokyo kurang lebih jam 7:00 malam, 3 J uli, sedangkan esok harinya akan diadakan sidang kabinet.
Menurut perhitungan, telex saya akan sampai di Ottawa pada jam 6:00 pagi waktu Ottawa, tanggal 2 Juli. Rencana adalah menelepon Ottawa kembali pada jam 22:00 malam waktu Tokyo, 3 Juli.
Tidak hanya semua yang ikut dalam delegasi perundingan dan KBRI Tokyo gelisah, tetapi juga pihak MITI, khususnya Omi-san yang sengaja datang ke kamar saya di Hotel Imperial pada malam itu. Dia menyampaikan, bahwa dia akan menunggu di kantor dan kantor MITI akan dibuka semalam suntuk.
Omi-san menyampaikan puIa akan mempergunakan suatu shortcut untuk penyiapan berkas sebelum sidang kabinet Jepang.
Biasanya, menurut prosedur, kata sepakat terdapat pada tingkat direktur terlebih dahulu, kemudian pada tingkat direktur jenderal, akhirnya. pada tingkat vice-minister - baru dapat diajukan ke sidang kabinet. Kata sepakat vice-minister disetujui untuk dilangkahi, suatu tindakan yang tidak lazim dalam Pemerintahan Jepang.
Seluruh delegasi kecil Indonesia yang tersusun atas saya sendiri, Ir. Siahaan, Ir. Situmorang, Drs. Sutanto, Syakur SH dan Sutoyo SH, beserta saudara Leon Sumantri, menunggu di kamar No.1116 yang biasa saya pakai di Hotel Imperial. Berganti-ganti sekelompok-sekelompok membeli makan ke luar, sementara yang lain stand-by untuk menampung berita.
Kami sedang bersiap-siap menghubungi Ottawa lagi per telepon, ketika tepat pada jam 22:00 telepon berbunyi. Rupanya Menteri Widjojo pun sedang berusaha mencari hubungan segera sesudah menghadap Presiden Soeharto, untuk menyampaikan keputusan persetujuan Presiden Soeharto. Namun persetujuan tersebut disertai syarat, antara lain, a gar bila terdapat kenaikan harga, hal ini tidak boleh membawa komitmen baru bagi Indonesia.
Pada jam 1:00 tengah malam, 4 Juli 1975, saya bersama dengan Ir. Siahaan dan Leon Sumantri berkunjung ke kantor MITI. Hashimoto, Omi dan Toyoshima rupanya selalu menunggu Kami. Pesan pun kami sampaikan, berikut syarat tambahan dari Presiden Soeharto.
Dua langkah berikut harus pula diusahakan secara sekaligus dalam beberapa jam sebelum sidang kabinet Jumat pagi dimulai.
Langkah pertama, mengusahakan konsensus formal antara para direktur dan para direktur-jenderal yang berkepentingan di lingkungan instansi-instansi Jepang.
Langkah kedua, mencari jalan keluar guna menampung persyaratan Presiden Soeharto.
Yang pertama adalah tugas pihak Jepang, terutama Omi-san. Yang kedua perlu dibahas bersama lagi.
Pada dinihari, hari Jumat itu, akhirnya tercapai kata sepakat atas suatu way-out berupa "side-letter" dari saya ke Menteri MITI, Komoto, yang disamping menyatakan persetujuan atas usul Pemerintah Jepang, pun membuka jalan penyelesaian permasalahan kenaikan harga di kemudian hari dengan ucapan yang maknanya termaktub dalam kalimat :

each party will consult each other for the smooth implementation of the project based on the spirit of mutual understanding and mutual interest.

Kalimat yang tidak begitu panjang, tetapi banyak mengandung arti dan menjamin suasana musyawarah dan kerja-sama yang baik. Satu cara penyelesaian masalah khas Timur, namun bukan pula cara yang asing dalam hubungan usaha dengan Jepang.
Surat tersebut merupakan surat resmi Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Jepang. Oleh karena itu harus dibuat di atas kertas resmi yang hanya tersedia di KBRI –sedangkan kantor KBRI tengah malam tertutup rapat.
Dengan sedikit berakrobat, sopir Jepang-nya Leon Sumantri, bernama Yokoseki, memanjat pagar KBRI untuk membuka pintu. Dan hasil pengetikan dari juru ketik amatir, Atjeng, pembantu Leon Sumantri, dapat mengatasi masalah yang dihadapi itu. Pada jam 4.00 pagi surat pun selesai untuk dipelajari MITI, sebelum ditanda-tangani.
Pada jam 5:00 pagi dua pegawai MITI datang ke kamar saya di hotel dengan pesan persetujuan –dan surat saya tanda tangani.
Mulai saat itu pihak Indonesia tidak dapat berbuat banyak selain menunggu.
Namun Omi-san masih bekerja keras dalam usaha mendapatkan konsensus menurut prosedur. Sebagian besar hal ini diperolehnya dengan menelepon sendiri pejabat yang berwenang satu persatu semalam suntuk hingga subuh.
Siang hari Jumat, menjelang tengah hari, Omi-san menelepon lagi, menyampaikan berita persetujuan Kabinet Jepang bagi pembiayaan proyek Asahan.
Hari itu juga, sampai Minggu malam, semua berkas disiapkan untuk upacara penanda-tanganan Master Agreement pada 7 Juli 1975 di Kikuchi Room-Hotel Imperial, tepat pada jam 8:00 pagi waktu Tokyo.
Syukur, waktu tegang selama satu bulan sejak 3 Juni hingga 4 Juli dinihari, tidak sia-sia bagi pihak Indonesia maupun pihak Jepang.

翻訳されて、しばらくお待ちください..
 
他の言語
翻訳ツールのサポート: アイスランド語, アイルランド語, アゼルバイジャン語, アフリカーンス語, アムハラ語, アラビア語, アルバニア語, アルメニア語, イタリア語, イディッシュ語, イボ語, インドネシア語, ウイグル語, ウェールズ語, ウクライナ語, ウズベク語, ウルドゥ語, エストニア語, エスペラント語, オランダ語, オリヤ語, カザフ語, カタルーニャ語, カンナダ語, ガリシア語, キニヤルワンダ語, キルギス語, ギリシャ語, クメール語, クリンゴン, クルド語, クロアチア語, グジャラト語, コルシカ語, コーサ語, サモア語, ショナ語, シンド語, シンハラ語, ジャワ語, ジョージア(グルジア)語, スウェーデン語, スコットランド ゲール語, スペイン語, スロバキア語, スロベニア語, スワヒリ語, スンダ語, ズールー語, セブアノ語, セルビア語, ソト語, ソマリ語, タイ語, タガログ語, タジク語, タタール語, タミル語, チェコ語, チェワ語, テルグ語, デンマーク語, トルクメン語, トルコ語, ドイツ語, ネパール語, ノルウェー語, ハイチ語, ハウサ語, ハワイ語, ハンガリー語, バスク語, パシュト語, パンジャブ語, ヒンディー語, フィンランド語, フランス語, フリジア語, ブルガリア語, ヘブライ語, ベトナム語, ベラルーシ語, ベンガル語, ペルシャ語, ボスニア語, ポルトガル語, ポーランド語, マオリ語, マケドニア語, マラガシ語, マラヤーラム語, マラーティー語, マルタ語, マレー語, ミャンマー語, モンゴル語, モン語, ヨルバ語, ラオ語, ラテン語, ラトビア語, リトアニア語, ルクセンブルク語, ルーマニア語, ロシア語, 中国語, 日本語, 繁体字中国語, 英語, 言語を検出する, 韓国語, 言語翻訳.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: