Ipotnews – Dengan status PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang sudah menjadi perusahaan terbuka/go public, Indonesian Resources Studies (IRESS) menilai perseroan ini tak pantas memperoleh divestasi saham milik PT Freeport Indonesia. Pasalnya, sebanyak 35 persen saham Antam sudah dikuasai swasta, baik nasional atau swasta asing.
Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara mengatakan, jika divestasi saham didapatkan oleh Antam [ANTM 342 -13 (-3,7%)], bagian pemerintah tidak akan maksimal dari hasil tambang di Papua tersebut. Dari 35 persen saham Antam yang dikuaasai swasta, 70 persennya dipegang oleh swasta asing.
“35 persen saham Antam sudah go public, di dalam 35 persen itu 70 persennya dikuasai asing, ini tidak fair,” ujar Marwan di Jakarta, Sabtu (7/11).
Jika memang harus BUMN yang mengambil divestasi saham tersebut, Marwan menyarankan agar pemerintah membentuk konsorsium yang berasal dari perusahaan-perusahaan BUMN yang bergerak di sektor pertambangan.
Menurut dia, BUMN pertambangan yang ada saat ini memiliki banyak tenaga ahli handal, jika dibuat konsorsium, tenaga ahli bisa diambil dari beberapa perusahaan BUMN tersebut. Beberapa perusahaan BUMN di antaranya, Antam, PT Timah Persero Tbk, PT Inalum dan lainnya. “Kalau membuat BUMN baru tidak bisa, dibuat konsorsium saja,” katanya.
Dengan keterlibatan tenaga ahli dari Indonesia, Indonesia tidak hanya sekadar memiliki saham dari Freeport, tapi juga dapat ikut mengelola.(