Sejak terakhir di usia balita, saya tidak pernah mengajak R ke Drg. Biasanya kan kalau tidak mengeluh sakit, kita juga jarang periksa gigi. Apalagi kondisi gigi R rapi dan bagus, jadi saya hanya sesekali sekilas memeriksanya apabila suatu kali sikat gigi dengan saya.
Di awal April 2015, dia untuk pertama kalinya mengeluh sakit gigi. Stlh saya lihat, ada giginya yang berlubang. Wah, kali ini saya terlewat - karena tidak kelihatan di awal lubang tsb terjadi. 2 hari saya berikan obat pereda nyeri dan cukup menolong. Hari ketiga, saat tidur malam, R bangunkan saya dan bilang, "Buu, gigiku sakit.... " dan malam itu mjd malam panjang menemaninya yang tidak bisa nyenyak tidur sambil terus bergumam,"Aduuuhhh sakit buuu..."
Keesokan harinya, saat akhir pekan, R kudaftarkan ke Drg langganan sejak ia bayi. Bagi R, hanya Drg spesialis anaklah yg dapat menanganinya. Apalagi R pernah operasi jantung, jadi tidak semua Drg dapat menangani dirinya. Sambil berkemas saya sekilas berkata berhadapan wajah dengan R, "Kak, kita akan ke Drg. Kakak harus kooperatif ya. Nanti sampai disana, tunggu nomer dipanggil. Setelah dipanggil, lalu masuk ruangan dan salam dengan Drg, duduk di kursi periksa. Nanti ada lampu nyala deeh, kayak sinar itu lhoooo... Nah kalau kakak disuruh buka mulutnya, kakak buka yaaa.... Kalau nanti Drg mau cek gigi yang sakit, nggak usah takut. Kan biar sembuh, biar sehat. Nanti kalau sdh sembuh enak lagi maemnya... ". Berulang kali saya katakan hal tsb dlm perjalanan menuju klinik. Hasilnya? Alhamdulillah, lancaaar dan dia sangat kooperatif! Semua dilakukan sesuai arahan dan penjelasan kilat sejak pagi. Pada anak spesial, persiapan pun memang harus spesial. Nggak apa deh dibilang Ibu cerewet bolak balik ngomong gitu terus, tapi hasil akhirnya adalah sukses dan berani periksa gigi... Yeeeeaayyy .....
Diagnosa gigi berlubang adl PSA (Perawatan Saluran Akar), dan utk perawatan ini hrs difoto. Jika ternyata tdk dapat menolong krn tidak mungkin dilakukan bius lokal (bisa berontak), maka hrs dilakukan bedah pencabutan gigi dengan bius total. Akhirnya setelah melihat hasil rontgen gigi, Drg memutuskan akan mencabut gigi berlubangnya dengan posisi bius total. Pemeriksaan selanjutnya adlh cek darah dan konsul ke dokter anastesi. Disini R kurang kooperatif krn tiba2 menjerit melihat jarum suntik. Namun stlh jeda sebentar, kami berhasil mengambil darah R, yg dipegang oleh 2 suster, ayah dan ibu serta Amanda. Hasil darah semua bagus, gizi cukup dan siap jalani bedah gigi.
7 April, jam 5 subuh sudah kubangunkan R. Subhanallah, dia lagi2 kooperatif. Bangun, mandi, dan puasa sejak jam 21 malam sebelumnya ia lakukan. Hanya sedikit air putih saja ia minum sebelum berangkat ke RS Harapan Kita Jakarta. Tak lupa saya selalu bercerita padanya, pengulangan terus menerus apa yang akan kita jalani dan lakukan hari ini. Tentu, dia amat memahami.
Jam 09.00, Duhita dipanggil. Saya dan suami mengantar menuju ruang bedah. Disinilah rasa haru itu muncul. Apalagi pada proses pembiusan melalui masker di hidungnya. Sedihnya melihat dirimu Nak, dari berontak hingga lemas dan diam tak bergerak. Perasaan amat berbeda jika dibandingkan saat R menjalani operasi besar bedah jantung saat usianya 8 bulan. Mungkin, dulu dia masih bayi, jadi perasaan belum sedalam seperti saat ini.
Paska operasi, karena kondisi tubuh yang baik, maka pemulihan sangat cepat. Sempat menangis kesakitan dan mengeluarka liur terus2an hingga akhirnya dapat tersenyum dan tertawa - bahkan membuat ayah dan ibu terbahak-bahak.
Kenangan momen operasi gigi kuabadikan disini. Terimakasih R utk kerjasamamu yang luar biasa, terimakasih Drg Ibnu Ali beserta personil yang sangat perhatian pada anak spesialku. Alhamdulillah, tetimakasih Allah Swt atas perkenanMu menguatkan hati kami semua. Semoga segalanya akan selalu baik. R, Ibu sayang padamu....